Beranda

Total Tayangan Halaman

Kamis, 04 Agustus 2011

Menulis? Aku Punya Banyak Cerita Ramadhan, Kamu?

Duh, rasanya emang sulit untuk membiasakannya, tapi kalo gak pernah dicoba, mana bisa? Akhirnya kuputuskan untuk terus melakukannya. Jadi ingat sama statement-nya Pramudya A. Toer yang bilang bahwa biarpun orang itu pintar setinggi langi, tapi itu kagak bakalan berarti jika tidak menstransferkannya lewat tulisan, karena tulisan adalah cara menuju abadi. See?

Well, sekarang jadi banyak pikiran mo nulis apa aja. Contohnya nih:

Ramadhan ini memang bulan yang penuh dengan kedahsyatan. Malam keempat Ramadhan, sahabatku tercinta masuk RS karena demam tinggi. Salah juga sih, gak maksa dari pertama untuk segera berobat, akhirnya… Alhamdulillah berkat bantuan dari dokter dan perawat di sana, all is well. Si dia boleh dibawa pulang ke rumah dan harus tetap check lagi ke poli. Yang kerennya, ya kiprah para malaikat berbaju putih itu (dokter n perawat: catatan redaksi, hehe…) yang dengan sabar membantu dan bertindak cepat. Gak kebayang deh kalau harus jadi mereka, ntar pas nyuntik, bukannya pasien yang pingsan malah diriku yang agak melebai dengan DARAH ini. Memang sangat dibutuhkan mental yang kuat untuk melayani orang-orang yang sedang diuji nikmat sehatnya itu. Coba ya kalo semuanya kayak gitu. Mm, profesionalisme, keikhlasan serta pengabdian sepenuh hati sudah merupakan hadiah special bagi pasien dan keluarga mereka. SEMANGAT YA BAPAK IBU DOKTER N PERAWAT!!! (^__^)

Cerita kedua?

Shalat tarawih di kota Padang diisi dengan penuh hikmah. Seiring dengan perjuangan mendapatkan kesyahduan dan kekhusyukan curhat sama Allah, meledaklah dalam jarak tiap beberapa menit petasan-petasan karya anak bangsa. Mau bilang apa, ya? Lha wong dari dulu emang kayak gini, gak di kampong, gak di Padang sama aja (tapi parahan Padang, deh kayaknya). Kalau dibikin peraturan, malah protes. Jadi mang musti dipikirin apa pekerjaan alternative buat ‘mereka’. Kamu punya solusi?
Tiga, lagi-lagi masalah anak-anak. Suara mereka mengalahkan suara microphone buatan orang-orang pabrik. Nah, ini harusnya jadi tugas kita semua. Mari me-list satu persatu. Orang tua, sudahkah mendidk dan mengajari mereka apa yang seharusnya dilakukan di masjid? Kakak dan yang lain juga harus mengingatkan. Apa perlu dibikin ronda penjaga suara dan petasan gitu? Jadi ingat, waktu shalat tarawih di masjid di kampung waktu masih kecil dulu (sekarang belum tua, kok), siapa yang bikin heboh bakalan dikasih cambukan sarung atau sajadah. Tapi kan kasihan yang ronda, mereka pasti gak punya kesempatan meraih pahala indahnya ibadah Ramadhan.

Empat, targetan Ramadhan mang harus diperjuangkan sampai titik darah penghabisan supaya Ramadhan ini kian cemerlang dan kita mendapatkan piala dari Allah. Yah, masih banyak sih hikmah lainnya. Ntar ku bagi-bagi lagi karena memang cuma ini yang baru bisa dibagi. Kalo bagi-bagi duit kan sayang, masih butuh buat bayaran kuliahan dan si penulis juga belum punya sumber penghasilan. Pas lebaran, aku juga minta-minta dari kerabat dan handai taulan.
So, ini ceritaku. Bagi-bagi dunkz ceritamu…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar