Beranda

Total Tayangan Halaman

Jumat, 30 Desember 2011

The Mystery of Yaumul Jum'ah Part II

Masih lanjut…
Well, ini sudah sampai ke kelompok berapa ya?
Ni ada beberapa dokumentasi kelas yang berhasil diambil dari tempat kejadian.
Nah, ini media yang harus dipersiapkan.
Tas ini dibuat spesial sama temen kreatif 7 pelangi (^-^)
Kado cakep ini hadiah buat si 'anak murid'.

Cute kan?
Kalo yang ini temen-temen yang jadi peer-students who are playing the games.

Foto ini is our lovely lecturer. Should I tell her name?
Yah, jadi guru itu tidak mudah. Perlu banyak bekal untuk meberikan ilmu dan juga mendidik tunas bangsa agar jadi the better generation. Bukankah Ali bin abi Thalib mengatakan bahwa seharusnya orang tua mempersiapkan anak-anaknya agar siap dengan masa mendatang, bukan menurut zaman mereka. Jadi guru itu mulia, tapi juga bisa dengan mudah mengantarkan kita dalam murka Rabbuna.

Padang, 4 Safar 1433 H
Wisma tercinta tempat menjemput cita

Kamis, 29 Desember 2011

The Mystery of Yaumul Jum'ah

Jika saudaraku mencari tentang konten dari keyword sesungguhnya tentang misteri hai Jum'at, sepertinya akan agak kecewa karena saya justru menceritakan apa yang terjadi dengan hari Jum'at saya.
Disaat mungkin teman-teman yang lain sudah menikmati liburan, saya dan teman-teman dari K1 English Education 2008 masih setia mendatangi kampus ungu. Semangat!!!
Mungkin ada yang bertanya, kenapa bisa begini?
Panjang ceritanya sodara-sodara.
Intinya, since our final project is a book for English for Young Learners, we have to make it clorful and joyful for students. Kelas kami kebagian buku kelas 4 SD.
Setelah dikumpul dan dilihat 'Ibuk', well she said that it needs to be fixed and improved. Well, done.
Mari kita lihat kondisi awal bukunya.

Liat apa jadinya nanti ya?
Disambung lagi nanti. Insyaallah.

Rabu, 28 Desember 2011

Laa Tas alni... Just Do It

Just feel that I found a way, every one comes. Then when they found a wall that can't be passed, all of them go.
The only reason I can stand is You. Allah, I'm lost without You.

In memoriam of The Failure
There will be a hope.
Fa inna ma'al usri yusro.

Rabu, 21 Desember 2011

Ustadzah Wirianingsih dan Perjuangan Jilbabnya

Sumber: fimadani.com


Maraknya Muslimah berjilbab di negeri ini bukan datang tiba-tiba begitu saja dari langit. Bukan pula tumbuh bak jamur di musin hujan begitu saja tanpa sebab, apalagi tanpa disemai, disiangi dan dirawat dengan baik. Jilbab tumbuh subur di negeri ini setelah melalui perjuangan, pengorbanan, air mata, dan derita panjang para Muslimah yang mempeloporinya.

Setidaknya, sejarah mencatat dengan tinta emas, perjuangan kaum jilbaber mulai marak sejak awal 1980-an. Meski sebelum itu, juga sudah ada yang memperjuangkannya. Tapi semua pihak sepakat bahwa gerakan yang secara massif mengajak kaum Muslimah Indonesia untuk menutup aurat, dimulai awal 1980-an. Seiring dengan semangat kebangkitan Islam di seluruh dunia.

Lantas, apa saja yang telah dicapai dan belum diraih oleh perjuangan “Revolusi Jilbab” di tanah air ini setelah berjalan selama 31 tahun. Masihkan revolusi kultural ini berjalan seiring dengan banyaknya persoalan bangsa dan umat yang harus kita selesaikan?

Dra Wirianingsih, Bc Hk MSi, dalam wawancaranya dengan Sabili yang kemudian kami hadirkan kembali untuk pembaca Fimadani, memaparkan bagaimana perjalanan perjuangan jilbab di Indonesia. Ustadzah Wiwi, begitu ia biasa disapa, adalah mantan Ketua Umum PP Salimah 2005–2010 yang sekarang menjabat Presidium BMOIWI (Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia) 2007–2012.

Ustadzah Wirianingsih adalah salah satu ibu Muslimah Indonesia yang mampu mengantarkan kesepuluh putra-putrinya menjadi penghafal Al Quran.

Kebangkitan di Bawah Tekanan

Menurut Ustadzah Wirianingsih, kesadaran Muslimah untuk berjilbab berjalan berkelindan dengan kebangkitan Islam yang dipicu oleh runtuhnya kekuasaan Syah Reza Pahlevi di Iran dan kemenangan kaum Mullah yang melahirkan Revolusi Islam di Iran. Setelah itu, kebangkitan Islam melanda di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Khusus di Indonesia, revolusi jilbab bisa dikatakan berjalan seiring dengan maraknya gerakan dakwah pada era 80-an. Saat itu, selain jilbab, juga mulai menjamur buku-buku tentang harakah (gerakan Islam), buku-buku dakwah, dan kegiatan yang bernuansa napak tilas perjuangan Masyumi. Ini semua memberikan pengaruh terhadap aktivis gerakan Islam saat itu.

Kondisi saat itu dirasakan memang kondusif untuk membangun kesadaran perempuan dalam berjilbab. Berpuluh tahun umat Islam berada dalam kondisi represif rezim Orde Lama dan Orde Baru. Semakin ditekan, kaum Muslim justru semakin sadar untuk bangkit, dengan membangun OTB (Organisasi Tanpa Bentuk). Yang penting subtansi dakwah terus berjalan meski gerakan dakwah di larang oleh rezim Soeharto. Inilah yang mengkristalkan kaum Muslimah Indonesia untuk menampakkan identitas Muslimahnya.

Apa yang saat itu Wirianingsih muda dan muslimah lain lakukan kemudian memang menimbulkan reaksi. Saat itu, pemerintah menerapkan paham asas tunggal, yang tak sesuai dengan asas tunggal akan dieliminir dan ditekan oleh pemerintah. Terkait soal jilbab, dimunculkan pencitraan bahwa Muslimah yang berjilbab berasal dari gerakan (aliran) sesat. Termasuk yang menimpa saya. Tahun 1980-an ketika Ustadzah Wirianingsih kuliah di Fakultas Hukum UNISBA Bandung, baru dirinya seorang yang memakai jilbab. Saat itu beliau seangkatan dengan Anne Rufaidah, dari Fakultas Psikologi, tapi dia belum pakai jilbab. Saat itu, beliau juga kuliah di UNPAD Bandung, juga baru dirinya dan seorang akhwat Jurusan Sastra Arab, Lely namanya yang juga memakai jilbab.

Saat itu, Wirianingsih muda memang sudah memiliki kesadaran untuk berjilbab dan berbusana Muslimah secara syumuliyah (konprehensif) sehingga ia melakukannya secara totalitas, tidak hanya ketika di kampus saja. Ketika dirinya pulang ke rumah di Tanjung Priok, Jakarta Utara, seingatnya, saat itu juga baru 1 orang yang memakai jilbab panjang dan rapat seperti dirinya.

“Mungkin ada Muslimah lain yang memakai kerudung tapi dilepas-lepas,” tuturnya.

Berjilbab dan Dituduh Sesat

Saat itu, fenomenanya jika datang ke tempat pengajian mengenakan kerudung tapi ketika selesai langsung dibuka. Ada juga teman-temannya yang sekolah di sekolah Islam atau kuliah di Fakultas Islam, seperti Tarbiyah, Ushuludin, atau Dakwah karena aturannya harus memakai kerudung mereka memakai ketika sekolah atau kuliah, tapi setelah keluar dari kampus atau sekolah dilepas.

Banyak juga guru-guru sekolah Islam dan dosen yang memakai kerudung pada saat mengajar, tapi ketika sampai rumah dibuka kerudungnya. Jadi, ketika masyarakat melihat fenomena dirinya dan beberapa temannya konsisten, selalu memakai jilbab tanpa dilepas, kemudian modelnya juga jilbab panjang dan rapat, ia dan beberapa teman itu sempat dituduh sebagai Islam Jamaah. Ketika masih di Jakarta, ia sekolah di SMA 13, teman-temannya banyak yang memandang aneh kepadanya ketika ia pulang ke rumah dengan mengenakan jilbab panjang sepanjang hari.

Saat ditanya apakah ia merasa sebagai pelopor dalam berjilbab kala itu, Ustadzah Wirianingsih menyatakan tidak merasa sebagai pelopor. Yang pasti, ketika kuliah di UNPAD, dirinya dan Lely melakukan gerakan mengumpulkan akhwat.

Perjuangan di Unpad

Ia aktif di Divisi Kewanitaan Masjid UNPAD. Padahal, saat itu UNPAD melarang jilbab. Setiap Dekan mengeluarkan larangan pemakaian jilbab pada pas foto untuk kartu mahasiswa dan ijazah. Sebagai aktifis masjid, ia dan beberapa teman berusaha melobi rektor agar mengizinkan pemakaian jilbab bagi mahasiswi. Seiring dengan ini, ternyata mulai banyak mahasiswi yang memakai jilbab di setiap fakultas. Saat itu sudah terkumpul sekitar 300 mahasiswi dari berbagai fakultas yang sudah memakai jilbab.

Akhirnya, ia dan lima orang teman menghadap rektor, sekali lagi minta kebijakan untuk tidak menekan mahasiswa yang ingin memakai kerudung di kartu mahasiswa dan ijazah. Saat itu rektor menyatakan, pada prinsipnya pihak kampus tidak melarang tapi kebijakan ini diserahkan kepada dekan fakultas masing-masing. Alhamdulillah, melalui pendekatan yang terus menerus ke dekan akhirnya di fakultasnya dibolehkan. Tapi di Fakultas Psikologi tetap dilarang. Beberapa fakultas juga melarang mahasiswanya kuliah karena pas foto di kartu mahasiswanya memakai jilbab.

Ketika Wirianingsih KKN tahun 1985, ia dikabari via telegram oleh teman-teman kampus bahwa kondisi UNPAD gawat. Semua mahasiswi berjilbab mau demo ke rektor. Jika itu terjadi bisa bahaya urusannya. Saat itu saya berfikiran, akan berefek pada penekanan terhadap kegiatan keislaman lain. Padahal kegiatan masjid kampus sedang bagus, bahkan pak Bagir Manan saat itu sempat menjadi pembina Masjid UNPAD. Ketika ia sampai UNPAD, di aula sudah bekumpul 300 orang dan ia duduk di depan bersama Lely.

Akhirnya, ia memberi 2 pilihan pada rekan-rekannya yang mau berunjukrasa:

“Pertama, bagi yang meyakini ini adalah pilihan hidup dan yakin Allah SWT akan menolong silahkan tetap mengenakan jilbab untuk pas fotonya dengan konsekuensi tidak mendapat kartu mahasiswa dan keluar dari Unpad. Tapi sebelum ambil alternatif ini, coba lobi dulu secara personal dekan masing-masing, toh kuliah juga tidak lama dan barangkali dekan masih memiliki hati. Saat itu, saya sempat mentoring di 11 fakultas dan kondisinya memang sedang bagus-bagusnya.

Kedua, kompromi dengan dekan. Maksudnya, dibuka dulu jilbabnya untuk sekadar foto, karena yang diminta tidak berjilbab hanya di kartu mahasiswa. Artinya, sehari-harinya tetap memakai jilbab dan tidak semua orang akan membuka kartu mahasiswa kita.”

Menjadi Teladan Keluarga

Totalitas Wirianingsih dalam berjilbab akhirnya menginspirasi adik, kakak, dan ibunya, apalagi ibundanya adalah ketua majelis taklim. Semuanya ikut berjilbab. Tapi tetangga mulai ngomongin, “Saya disebut masuk aliran sesat atau Islam Jamaah.”

Adiknya yang masih kelas 1 di SMA 15, akhirnya juga ikut memakai jilbab rapi kemudian ditentang oleh kepala sekolah. Siswa yang berjilbab dikasih dua pilihan, memilih sekolah atau keluar. Jika dipakai terus jilbabnya silakan keluar. Akhirnya, teman-teman banyak yang tak kuat, masuk area sekolah jilbabnya di lepas dan ke luar area sekolah dipakai lagi. Adiknya tak mau seperti itu, ia bilang mending sekolah di tempat lain ketimbang membuka jilbab. Karena dia konsisten pakai jilbab termasuk di sekolah, akhirnya ia keluar dari sekolah.

Selain di masjid-masjid kampus dan sekolah, menurut Ustadzah Wirianingsih, PII (Pelajar Islam Indonesia) juga memegang peran penting dalam dakwah jilbab ini, apalagi pada saat itu sedang memasuki puncak mengerasnya pemahaman keislaman. Sampai-sampai, saat itu muncul istilah GAS (Gerakan Amal Soleh) dan Gerakan Kembali ke Usroh. Dan, semua training PII mewajibkan semua peserta Muslimahnya memakai jilbab. Selanjutnya dari sekolah-sekolah dan keteladanan para tokoh yang sudah melakukan pembelaan pada perempuan yang memakai jibab. Ada tokoh dari Muhammadiyah, NU, Persis, Dewan Dakwah dan ada juga tokoh pendidik, rohis sekolah dan kampus. Di sekolah negeri kondisinya juga sudah terpolarisasi.

Perjuangan Jilbab di Ranah Publik

Tidak hanya di kampus, di masyarakat pun perjuangan berjilbab teramat berat. Opini di masyarakat bahwa hampir semua instansi pemerintah dan perusahaan swasta menolak karyawati yang memakai jilbab. Suasana dan opini seperti ini sampai tahun 90-an bahkan hingga awal 2000-an masih sangat terasa. Saat itu, Ustadzah Wirianingsih sering mengisi pengajian di kantor pemerintah maupun swasta, banyak jamaah Muslimah yang menghadapi dilema.

Pertama, dilema untuk tetap menutup aurat atau keluar dari pekerjaan, karena umumnya perusahan atau instansi tertentu menolak dan mengatakan bahwa jilbab bukan uniform (seragam) untuk bekerja. Akhirnya, banyak di antara mereka yang mengambil keputusan tetap memakai jilbab tapi ketika sampai kantor dibuka. Ketika pulang baru dipakai lagi.

Kedua, bagi yang bekerja di hotel, pub, kafe atau showroom yang menyajikan produk bertentangan dengan syariat Islam. Misalnya di restoran, mereka mengetahui ada masakan memakai arak atau dicampur babi. Sementara restoran itu tidak menyebutkan makanan halal atau haram. Biasanya, mereka yang bekerja di tempat seperti ini akan mengalami tekanan tersendiri. Pasalnya, ketika mereka memutuskan untuk berjilbab secara total, biasanya diiringi dengan kesadaran untuk menerapkan ajaran Islam secara lebih baik dan mendekati kaffah. Sehingga, jilbab yang dikenakannya bukan sebatas jilbab saja, tapi ada kesadaran dan perlawanan untuk menerapkan syariat Islam.

Menurut Wirianingsih, praktik seperti di atas masih terjadi hingga saat ini. Padahal, konsumennya banyak yang Muslim tapi mereka tak tahu makanan yang dijual itu halal atau haram. Sementara jamaah yang kerja di restoran, kafe atau pub mengetahuinya. Ini yang akhirnya menimbulkan pertentangan batin, antara kepentingan syariah dengan maisyah (nafkah).

“Saya pikir kondisi seperti ini masih ada hingga saat ini. Bagi orang-orang yang memiliki komitmen tinggi bahwa rezeki datangnya dari Allah bukan dari hotel, restoran, pub dan semacamnya, akhirnya mereka keluar dan mencari sumber penghasilan lain. Tapi ada juga yang cerdas dan kreatif, lalu mengumpulkan karyawan dan ramai-ramai datang ke manajemen secara baik-baik menyampaikan tuntutan mereka,” terangnya.

Jika manajemennya bijak dan tidak ada kebencian ideologis, sebab yang melarang biasanya karena ada faktor kebencian ideologis, seperti kekhawatiran ada Islamisasi atau penerapan syariat Islam sehingga Indonesia gak jadi Pancasila lagi. Atau, karena ada pertentangan dengan kalangan non Muslim di dalam manajemen, akhirnya mereka melarang. Jika manajemen netral dan objektif, umumnya berpandangan mau berjilbab atau tidak itu bukan soal, yang penting professional dalam bekerja. Demikian juga soal makanan, jika manajemennya objektif mestinya berfikir bahwa konsumennya ternyata mayoritas Muslim, maka jika tidak mengikuti selera konsumen pasti akan ditinggal. Jika konsumen mengetahui makanannya yang dijual mengandung babi, justru akan merusak citra sehingga tak laku lagi.

Jilbab Gaul di Era Kini

Semua ini sejalan dengan reformasi tahun 1998. Begitu reformasi meletus, yang baik dan buruk semuanya terbawa. Yang baik adalah kebebasan orang untuk mengeskpresikan praktik beragama diantaranya berjilbab.

“Saya memandang keragaman orang berbusana Muslimah menunjukan beragamnya pemahaman terhadap Islam. Ada teman yang menyatakan, lebih baik tidak berjilbab daripada berjilbab tapi celana dan bajunya ketat. Menurut saya, orang ini sudah bisa menilai mana busana Muslim yang benar dan yang tidak. Doakan saja mereka yang masih dalam tahapan seperti itu lambat laun berubah dengan mengenakan busana yang rapi dan sopan. Kita menghormati mereka yang berjibab dengan pemahaman mereka pahami. Yang justru tidak kita hormati adalah orang yang berbikini di jalan raya, di cover majalah, atau tempat-tempat umum lainnya. Ini yang harus kita ingatkan secara bersama-sama agar mereka sadar,” tuturnya.

Ini perkembangan menarik, karena dilatarbelakangi satu opini bahwa jilbab itu terbelakang, kampungan, tidak gaul, terbelakang, dan gak fashionable. Inilah yang melatarbelakangi munculnya sekelompok designer Muslimah atau perkumpulan jilbaber dan beberapa peragawati meyakinkan pada masyarakat bahwa busana Muslimah juga bisa modis, fashionable, tidak mengurangi kreatifitas dalam berbusana dan tentu saja tetap sesuai syariat.

“Saya sangat menghormati mereka yang berusaha mensosialisasikan bahwa Islam tidak terbelakang.”

Tapi ada satu hal yang harus diingatkan bahwa keinginan untuk menyakinkan masyarakat jangan sampai keluar dari batas syariat. Maksudnya, ketika tampil di atas stage atau di depan publik, menampilkan busana Muslimah kecenderungannya banyak model yang tidak memakai (maaf) pakaian dalam, busananya tembus pandang, sehingga membentuk lekukan badannya. Atau, pada saat di stage dengan busana Muslimah dengan tidak memakai pakaian dalam tetap disaksikan oleh para pria. Hendaknya, nilai moral (akhlak) yang terkandung di balik busana Muslimah juga tercermin dalam perilaku hidup sehari-hari. Sesuatu yang lazim terjadi di fashion show umum ternyata tetap dibawa pada saat fashion show busana Muslimah. Jika begitu apa bedanya?

Niat kita, lanjut ustadzah Wirianingsih, tidak hanya menunjukan bahwa Islam itu tidak terbelakang soal busana tapi prinsip dasar syariatnya juga harus terus sosialisasikan. Karenanya, mereka yang mensosialisasikan busana Muslimah harus didukung dengan praktik penerapan nilai-nilia syariat berbusana dalam kehidupan sehari-hari. Busana Muslimah bukan sesuatu yang menjadi mode tersendiri, sementara aspek syariahnya berjalan sendiri. Bukan itu yang kita harapkan, tapi nilai-nilai syariah yang menyertai orang yang berbusana Muslimah juga harus disosialisasikan. Contoh, jika ingin memperagakan busana Muslimah gak perlu ada kehadiran laki-laki, jadi khusus untuk perempuan saja.

“Jika ini yang menjadi acuan akan lebih banyak lagi yang mensupport. Apalagi saya sekarang aktif di Badan Musyarawah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMO-IWI) akan sangat mendukung. Bahkan, Persaudaraan Muslimah saat ini sedang mengumpulkan jilbab untuk dibagikan kepada Muslimah lainnya. Indonesia ini penduduknya 235 juta, perempuannya sekitar 49,9% (BPS, Agustus 2010). Tapi karena berdasarkan sensus tahun 2005 jumlah perempuan sekitar 51%. Perkiraan saya dari 49,9% perempuan Indoensia, jika 80%-nya Muslimah, berapa prosen yang memakai jilbab? Berapa prosen yang mengerti syariat? Artinya kebutuhan untuk mensosialisasikan jilbab dan syariat Islam masih sangat besar.”

Coba lihat di majelis taklim, banyak yang memakai kerudung hanya di majelis taklim. Ustadzah Wirianingsih dan rekannya mengaku sedang mensosialisasikannya, makanya makin banyak orang yang berjilbab semakin bagus. Ia sering jalan dengan suami dan melihat fenomena Muslimah tak berjilbab.

“Penduduk Indonesia mayoritas Muslim, seharusnya lebih banyak yang memakai kerudung dari pada yang tidak. Tapi kenapa justru orang kita lebih bangga melihat anak-anaknya memakai baju ketat bahkan pusernya terlihat. Di toko baju banyak serbuan busana barat. Itu bukan budaya Islam tapi laku keras. Inilah yang disebut ghazwul fikri, serbuan budaya barat dan sebagainya. Ini harus dibentengi dengan dakwah untuk membangun kesadaran kaum Muslimin tentang menutup aurat, lalu kita support dengan program bagi-bagi jilbab. Jika pulang kampung atau ke mana oleh-olehnya jilbab saja. Seburuk-buruknya Muslimah kita jika datang ke acara keagamaan pasti memakai kerudung, meski cuma nempel saja.”

Dakwah Kultural

Salah satu keberhasilan dakwah memang maraknya jilbab, tutur Ustadzah Wirianingsih. Ini pula yang ditakuti oleh mereka yang tak suka. Fenomena yang paling terlihat dalam performance indicator dakwah adalah perempuan, yakni dari busananya. Jika tak memakai kerudung kita tak tahu dia Muslim atau bukan. Dengan kerudung orang tidak perlu bertanya lagi dia adalah Muslimah. Makanya, selama ratusan tahun gerakan dakwah Islam di belahan dunia manapun yang selalu mengalami degradasi terlebih dulu adalah kalangan perempuan. Kanapa? Karena ini yang paling efektif. Cara memorosotkan gerakan dakwah yang efektif melalui perempuan, makanya mereka menjadi sasaran utama. Misalnya, membuat agar Muslimah tidak kembali pada agamanya. Caranya disibukkan dengan shopping, menghabiskan waktu yang tak bermanfaat, sehingga lupa pada agama dan lupa pada fungsinya sebagai Muslimah.

Ketika seorang ibu memiliki kesadaran Islam yang bagus dan menutup aurat, akan berimplikasi pada pemahaman agama anak-anaknya. Anaknya melihat ibunya memakai jilbab, anak melihat contoh langsung yang baik. Bahkan ketika bayi mulai kenal dengan identitas di sekelilingnya, ketika ibunya menutup aurat, itulah perkenalan ajaran Islam pada anaknya. Jadi, bagaimana ketika ibu-ibu kita tak memakai jilbab? Darimana anak mendapat contoh penerapan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari? Jika ibu ke mana-mana pakai kutang, tang top dan segalanya, anak pun akan meniru ibunya dalam berbusana. Kemudian efek psikologis, jika anak tahu ibunya menurutp aurat ia akan menjaga minimal implikasi secara psikologis. Jika anak mau merokok atau perbuatan lain gak sampai hati melihat ibunya seorang Muslimah yang baik. Jika kita kuat melakukan dakwah kultural ini secara perlahan akan meluas dan mempersempit gerakan ghazwul fikri.

Menurut Ustadzah Wirianingsih, dakwah kultural dan dakwah politik perlu berjalan bersama. Jika berjalan seiring dengan penegakan aturan melalui politik dan kebijakan akan mempercepat dakwah kultural. Pemahaman saya sebagai aktifis, dakwah kultural umumnya memiliki implikasi positif pada gerakan politik. Dakwah kultural yang bagus akan melahirkan SDM yang bagus, birokrat yang bagus, anggota legislatif yang bagus, dan tidak korup, sehingga akan melahirkan kebijakan yang bagus. Saat ini banyak pejabat yang melakukan korupsi dan kebijakannya tak bagus karena dakwah kultural masih belum maksimal dan kurang efektif.

Jilbab memang sudah marak, tapi belum merata. Karenanya, sosialisasi gerakan jilbab harus lebih digiatkan karena belum menyentuh semua lapisan masyarakat. Memang tren 20 tahun terakhir menunjukan hal positif tapi harus digiatkan lagi. Kedua, pemahaman tentang berjilbab juga harus sejalan dengan akhlak. Sudah memakai kerudung harus dikuatkan persatuan Muslimnya, harus dibarengi dengan kematangan soal pemahaman agama yang berimplikasi pada gerakan seni dan budaya. Artis-artis berjilbab dan tokoh masyarakat harus bisa melahirkan seni budaya yang lebih bermartabat dan bermanfaat bagi masyarakat. Tayangan sinetron berbau reliji dan artis berjilbab hendaknya menyatu dalam kehidupan sehari-hari sebagai artis di TV atau film dengan kehidupan bermasyarakat.

Kamis, 15 Desember 2011

Being A Trainee Teacher?

The next semester is coming. Hm, it's time for me to PL (Field Practicing) in order to get many experiences and practicing what I have already got in campus.
Honestly, I expect many things will happen.
Then, I have many questions come to my mind.

Are my students going to be a good one? Or I need to put extra patience.
Am I going to be a good teacher for them? What about my days?

Even, there is a wallpaper used by some students in order to express about their hopes.

Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?
I know, He is always here for me. I will keep fight till the rest of my life to be a good person as my manifestation as his slave.

This is My Choice, My Faith

Recently, I’m interested in reading and observing the blogs of a community. They’re really had a good ways and strategies in approaching their targets. Then, I asked myself, what we have already done for our way. Yes, this way. Then, they made me remind of someone. Someone who really inspires me in thinking something, even we sometimes do not have the same concepts and opinions. For example, in that day, that person really argue the way I’m dressing, which she thinks that it’s not fashionable, that should be measured from how many accessories do you use, what kind of style do you choose, what kind of model do you wear… (maybe others also think the same thing). In one side, I think that that’s good because you can know what others see think about, but as the one who can think and learn far away, in the country that is known with their respect on freedom, this can be said as a tight thought. Just imagine… if everyone must wear the same colors, they have to build the same models of house? This world is gonna be dull because you only can differentiate the beautiful and the bad one if you are different.
Just see the following picture.

This is perfect because they have many differences. What a beautiful world do you have, right?
For me, the most important thing is as long as we keep what Allah said in Qur’an and it’s also appropriate with the Hadist… all is well. What you wear is not just a fashion. The pure intention is for obey Allah… then you show the world that you are proud to be a muslimah. Being muslimah not covers your brain, but it covers you from the bad effects (Which Allah Knows more than His creatures). You are served by a good identity, why should you find other way just because you need to be known as a popular girl, or anything else. Then, frankly speaking… you choose the wrong intention.
Let’s think it over.
Salam Ukhuwah, My Sists in Islam.

Senin, 12 Desember 2011

Surat Cinta Malam Ini

Bismillahirrahmanirrahim.
Ada surat cinta-Nya yang begitu menyentak malam ini.
“ Maka barangsiapa yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala terbaik (syurga), maka Kami akan mudahkan baginya jalan menuju kebahagiaan (kemudahan). Dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah), serta mendustakan (pahala) yang terbaik, maka akan Kami Mudahkan bagi-Nya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan).”
(Q. S Al-Lail: 5-10)
Betapa indah menjadi golongan yang pertama, yang percaya pada Allah dan karenanya Allah mudahkan jalan mereka menuju kemenangan abadi, berupa Jannah-Nya.


Rasanya banyak sekali yang berubah dan menyatakan keinginan menjadi kaffah, namun ternyata di tengah perjuangan jatuh satu persatu. Alasannya? Yang pasti, Allah dan dirinyalah yang tahu. Saudaraku, sering-seringlah memanjatkan do’a ini pada-Nya.
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”
(QS. Ali Imran: 7)
Betapa banyak orang yang berubah, tapi Allah memberikan hidayah hanya pada orang-orang yang dipilih-Nya. Maka jangan sampai kita menjadi orang yang tersisih. Jika sudah ‘tersesat di jalan yang benar’, apa salahnya menjaga cahaya itu agar tetap menyala. Bukan meninggalkannya untuk berleha-leha. Sungguh, dunia ini adalah sementara, ada banyak sekali tipuan yang akan membuat kita akan terlena.
Bagi yang sudah jauh, saatnya kembali pulang ke fitrah kita. Muslim yang berjanji pada Rabb-nya. Bukti cintamu pada-Nya dalam syahadat yang dilafazkan saat bermunajat pada-Nya… Itulah syahadat cinta kita. Namun, ada satu hal yang kita perlu azzamkan, bahwa syurga tak akan nikmat jika kau hanya sendirian. Ajaklah yang lain untuk jadi temanmu di sana dan mengingatkanmu bahwa kita sedang sedang berjuang sekarang. Apakah ia itu dirimu, sahabatku?

Sabtu, 10 Desember 2011

Re-Post from Sasha's Journey: Ukhty, Kemana Pendar Cahayamu? Kami Merindukanmu...

Gambar dari: rahmah-adzkia.blogspot.com
Ukhty... banyak sekali sebenarnya masalah akhwat.. Dimanapun harokahnya...

Disaat engkau tak mengambil bagian dari da'wah ini.. Maka akan makin banyak akhwat lain yang selalu menangis di saat mereka mengendarai motor..
Ia berani menangis karena wajahnya tertutup helm... Ia menangis karena tak kuat menahan beban amanah da'wah..

Ukhty..
Disaat engkau kecewa oleh orang yang dulunya engkau percaya.. Akhwat-akhwat lain sebenarnya lebih kecewa darimu.. mereka menahan dua kekecewaan.. kecewa karena orang yang mereka percaya.. dan kecewa karena tidak diperhatikan lagi olehmu..
tapi mereka tetap bertahan.. menahan dua kekecewaan... karena mereka sadar.. sadar bahwa kekecewaan adalah hal yang manusiawi, tapi da'wah harus selalu terukir dalam hati..

Ukhty.. disaat engkau menjauh dari amanah.. dengan berbagai alasan.. Sebenarnya, banyak akhwat di luar sana yang alasannya lebih kuat dan masuk akal berkali-kali lipat darimu.. Tapi mereka sadar akan tujuan hidup.. Mereka memang punya alasan.. Tapi mereka tidak beralasan dalam jalan da'wah.. Untuk Allah.. Demi Allah..

Mereka.. disaat lelah yang sangat.. masih menyempatkan diri untuk bangun dari tidurnya untuk tahajud.. Bukan untuk meminta sesuatu.. Tapi mereka menangis.. Curhat pada Allah.. Berharap Allah meringankan amanah mereka.. Mengisi perut mereka yang sering kosong karena uang yang habis untuk membiayai da'wah...

Ukhty.. sungguh.. da'wah ini jalan yang berat.. jalan yang terjal.. Rasul berda'wah hingga giginya patah.. dilempari batu.. dilempari kotoran.. diteror.. ancaman pembunuhan…

Da'wah ini berat ukhty.. Da'wah ini bukan sebatas teori.. Tapi pengalaman dan pengamalan... Tak ada kata-kata 'Jadilah..!' maka hal itu akan terjadi.. Yang ada 'Jadilah..!' lalu kau bergerak untuk menjadikannya..
Maka hal itu akan terjadi..
Itulah dakwah... Ilmu yang kau jadikan ia menjadi...

Ukhty.. Jika saudaramu selalu menangis tiap hari.. Bolehkah mereka meminta sedikit bantuanmu..? Meminjam bahumu..? Berkumpul dan berjuang bersama-sama..? Agar mereka dapat menyimpan beberapa butir tangisnya.. Untuk berterima kasih padamu.. Juga untuk tangis haru saat mereka bermunajat kepada Allah dalam sepertiga malamnya..

"Ya Allah.. Terimakasih sudah memberi saudari seperjuangan kepadaku.. Demi tegaknya perintah dan larangan-Mu... Kuatkanlah ikatan kami..."

"Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta kepada-Mu, bertemu dalam taat kepada-Mu, bersatu dalam da’wah kepada-Mu, berpadu dalam membela syariat-Mu.."

"Ya Allah, kokohkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukillah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tidak pernah pudar.."

"Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal kepada-Mu.. Hidupkanlah hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu.. Matikanlah kami dalam keadaan syahid di jalan-Mu."

"Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Ya Allah, kabulkanlah.. Dan sampaikanlah salam sejahtera kepada junjungan kami, Muhammad SAW, kepada para keluarganya, dan kepada para sahabatnya, limpahkanlah keselamatan untuk mereka.."

Kami merindukanmu ukh..

#Senin, 21-11-2011
Renungan kegalauan sehabis ujian.. -,-

Sebuah do'a dan harapan...

Jumat, 09 Desember 2011

Andai Semua Buku Ini Punyaku

Alhamdulillah, menyambut Muharram kemarin, forum kampus mengadakan taman bacaan, dan malam itu tibalah saatnya pengepakan kembali buku-buku yang sudah dipinjam dari para relawan.
Nih, foto-fotonya:

Nah, ini versi banyaknya...


Berkhayal, andai semuanya milikku...

Belajar di Teras Kampus? Dah Biasa...

Well, that was a great afternoon. I saw some of my friends of Structure class were sitting in front of Balai Bahasa. They had exam with Buk Pipim. Imagine, outside. Salute!


Maaf buat yang jadi 'model g sadar kamera'!!!

Anyway, that's wonderful for being strong run this condition after what we got in the earthquake in 2009. Here we are, the positive thinkers with a big smile. Belajar di luar? Dah biasa... :)

Rabu, 07 Desember 2011

Panduan Tepat Buat yang Mau Berhijab

Ini diambil dari sebuah postingan blog 'inspired diary' yang berjudul A guide to proper hijab for ladies.
Berharap kamu semua suka dan mau mengamalkan.

Tahukah kamu, hijab itu bener-bener pakaian yang keren banget buat kamu, ladies.

Hijab, dalam Islam, pada dasarnya merupakan sebuah 'dress code' bagi perempuan muslimah di hadapan khalayak. Banyak yang memandang bahwa hijab merupakan pakaian tradisional dan sebuah lambang 'penindasan. Namun ternyata pada faktanya, hijab itu melindungi dan memberikan keamanan bagi perempuan dari gangguan! Hikmah di balik hijab itu adalah meminimalisir daya tarik seksual dan yang paling utama adalah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, Tuhan kita. Alhamdulillah.


Nah, hal yang paling medasar adalah hijab itu menutupi seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangan. Perlu juga dicatet, nih. Jilbab itu TIDAK CUMA NUTUP KEPALA, tapi JUGA NUTUP SELURUH TUBUHMU. Berjilbab tidaklah sempurna sampai kita memenuhi syarat-syaratnya.

Apa dasarnya? Yuk, buka Qur'an cantikmu.
Nih, ada ayat yang berbunyi:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita…” (An-Nur:31).

Sebuah jilbab menuntut kita untuk agar mengenakan pakaian yang longgar untuk melindungi sesuatu yang begitu indah bagi seorang perempuan.

Selanjutnya, Rasulullah juga menyatakan dalam sebuah hadist.
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua golongan dari penghuni neraka yang belum aku temui; suatu kaum yang selalu membawa cemeti bagaikan ekor-ekor sapi, dengannya dia memukuli manusia, dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, cenderung tidak taat, berjalan melenggak-lenggok, rambut mereka seperti punuk onta, mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium bau surga padahal bau surga tercium dari jarak sekian“. (HR. Muslim)


Lanjut, sekarang kita perlu cek lagi apakah jilbab kita sudah tidak menerawang atau sudah baik? Jangan-jangan masih menampakkan bentuk didalam jilbab itu atau betismu karena kamu pakai pakaian yang agak menerawang (ups...). So, pastikan bahan pakaian yang kamu kenakan itu tidak transparan, OK?


Kenapa harus repot-repot berdandan seperti yang lain (perempuan kafir) kalau kamu ternyata punya identitas sendiri. Identitasmu sebagai muslimah, identitas inilah yang harus kita banggakan. Bukankah meniru mereka secara lahiriah akan memungkinkan kita akan meniru mereka juga dalam hati (seperti kepercayaan dan karakteristik). Muslimah juga punya identitas dan gayanya sendiri, lho. Dan nyatakanlah bahwa kamu bangga dengan itu semua.

Berikut ada hadist Rasulullah yang menjelaskan hal ini.
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا

“Bukan termasuk golongan kami orang yang menyerupai kaum selain kami.” (HR. At-Tirmizi no. 2695)

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk darinya”. (HR. Abu Daud no. 4031 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah: 1/676)


Terus, muslimah sekalian juga harus menjaga pakaian yang dipakai tetap sederhana dan tidak mencolok perhatian. Tapi itu bukan berarti kamu bisa pakai yang lusuh dan tidak modis. Modis boleh, asal syar'i. Yang terpenting, kamu harus bebas dari sombong dan riya'. Tunjukkanlah nikmat Allah dengan cara berpakaian yang baik, namun jangan sampai boros.
Ingat ma sabda Rasulullah berikut:
Sahabat Ibnu Umar ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: “Barangsiapa menarik-narik pakaiannya lantaran pamer serta sombong, maka Allah tidak akan memperdulikannya pada hari kiamat nanti.” Kemudian Abu Bakar berkata: “Ya Rasulullah, kain sarungku sangat panjang hingga sampai ke tanah, dan bila berjalan aku selalu menariknya. Tetapi yang demikian aku maksudkan untuk menjaga aurat” Lalu Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya engkau tidak termasuk golongan orang yang pamer serta sombong dalam berpakaian.” (HR. Malik dan Bukhari).


"Kamu itu perempuan atau laki-laki, sih?" Jangan sampai ada orang yang bertanya seperti itu kepada kita. Berdandan menyerupai laki-laki hanya akan membuat orang bingung. Jadi diri sendiri aja lagi, ladies.

Banyak sekali hadist yang menyatakan hal ini.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. melaknat para laki-laki yang menyerupai kaum wanita dan wanita yang menyerupai kaum laki-laki," (HR Bukhari [5885]).

Masih diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata, "Nabi saw. telah melaknat para banci dan wanita-wanita tomboi, lalu beliau bersabda, "Usir mereka dari rumah kalian'!"

Ibnu Abbas berkata, "Maka Nabi saw. mengeluarkan si fulan dan Umar mengeluarkan si fulanah," (HR Bukhari [5886]).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. telah melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki," (Shahih, HR Abu Dawud [4098]).

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Ada tiga orang yang tidak akan masuk surga dan tidak akan dilihat Allah di hari kiamat kelak: Seorang yang duhaka kepada orang tuanya, wanita yang menyerupai laki-laki, serta laki-laki dayyuts (tidak memiliki sifat cemburu)'," (Shahih, HR Ahmad [III/134]).

Diriwayatkan dari Ibnu Abi Mulaikah, dikatakan kepada Aisyah r.a, "Ada wanita yang memakai sepatu laki-laki." Lantas ia berkata, "Rasulullah saw. melaknat wanita yang menyerupai laki-laki," (Shahih lighairihi, HR Abu Dawud [4099]).

Berhijablah dengan sempurna, wahai muslimah calon penghuni syurga...

Mahasiswa Tingkat Akhir.... Hmmm....

Karena dengan berkata positif, kau kan jalani hari dengan positif. Jika kau pikir itu merah, maka ia akan merah. Kau adalah apa yang kau pikirkan.

Duh, saat tahun akhir seperti ini, semua mahasiswa pasti bakalan jejuntrungan mikirin apakah judul yang akan dijadikan karya akhir mereka bisa mengantarkan mereka pada sebuah kemanisan akhir sebuah perjuangan. Ada yang udah jauh-jauh hari bikin persiapan, pas mulai melangkah... weleh-weleh, gagal bo.
Tapi apapun itu, selama kamu sudah berdoa dan meniatkan yang terbaik, berusaha sampai titik keringat ditelan deodoran (lebai...), serahkan saja semua pada Allah. Dia yang akan membimbingmu sampai ke titik puncak keberhasilan.
Anyway, there is a tendency for mahasiswa tingkat akhir untuk menghafal dimana dosen, ngincer maksudnya...
Dah dulu deh, kalau kamu punya cerita seru tentang ini, bagi-bagi ya?
Salam.

Selasa, 06 Desember 2011

Lingkaran Cinta Itu Bernama An-Najah

(Keterangan foto: digores Iie di Parkit Beach)

An-Najah, nama yang kita berikan untuk ikatan ini... Pengikat rasa cinta cuma satu karena Allah semata. Ya, karena Dia-lah kita dipersatukan dalam ikatan ini. Love u all because of Him, Ukhti. Maafkan aku atas kelalaian untuk mengerti akan kesulitan yang kau titi sendiri, padahal harusnya aku yang mengulurkan tangan saat kau jatuh, membantumu untuk berdiri kembali. Tapi, sekarang inilah aku yang mengulurkan tangan... siap memelukmu saat butuh. Karena kita adalah saudara.

Ada artikel keren nih ukh, dari raazzahra.multiply.com.
Ya Allah, Engkau tahu hati-hati ini berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa dalam taat kepadaMu, telah bersatu dalam dakwah padaMu, telah berpadu dalam membela syariatMu. Teguhkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cinta kasihnya. Tunjukilah jalan jalannya. Penuhilah hati-hati tersebut dengan cahayaMu yg tidak pernah hilang. Lapangkanlah dada kami dengan cahaya iman kepadaMu dan indahnya bertawakal kepadaMu. Hidupkanlah hati ini dengan ma'rifat kpadaMu. Matikanlah ia dalam syahid di jalanMu. Sungguh Engkau sebaik baik pelindung dan sebaik baik penolong.
Mungkin do'a ini sudah tidak asing lg bg kita. Rangkaian do'a dlm al-ma'tsurat yg sering kita baca pagi dan petang, insyaAllah.
Seringkali, do'a ini pun senantiasa di selipkan dalam undangan2 pernikahan. Harapan kedua mempelai agar slalu istiqomah berjuang dalam jalanNya.
Sesungguhnya do'a ini bukanlah do'a biasa. Di kala sedang futur dalam jama'ah, do'a inilah yg terkadang menjadi penyemangat kembali. Subhanallah...maknanya yg begitu mendalam.
Tangan-tangan kami saling berpegangan erat setiap di bacakannya do'a pengikat hati ini, berharap ikatan ini tak akan pernah lepas dan ukhuwah ini terus terjalin. Tak jarang satu persatu mulai meneteskan butiran-butiran bening, sementara pegangan tangan kami semakin erat, berharap do'a ini pun akan mengikat hati dengan sahabat semua....
Seperti dikutip dari artikel Teh Lina tentang ukhuwah.
" Ukhuwah ibarat satu janji yang dibuat
dalam hati. Tak dapat ditulis, tak dapat
dibaca. Namun tak akan terpisah oleh
jarak, tak akan berubah oleh
masa, sedetik di mata, selamanya di
hati dan jiwa."

"ukhuwah adalah bertautnya hati dan jiwa dengan
ikatan aqidah. Yg selagi menyayangi
hanya mengharap ridho-Nya. Teman terbaik
adalah teman yang selagi mengingatkan
tanpa mengharap balasan dunia...."

Ya Allah...Jangan lepaskan kenikmatan ini. Biarlah takdirMu yang akan memisahkan kami kelak. Aaamiin....

Senin, 05 Desember 2011

Trend Mode, followers atau “wanna be”?

Copas dari http://kertaskaca.wordpress.com/2011/12/02/trend-mode-followers-atau-wanna-be/
Saya merasa senang melihat begitu banyak perempuan berjilbab. Jilbab yang anggun dan beraneka rupa model. Bila saya ke toko yang menjual aneka ragam kerudung, jilbab/hijab, dengan sendirinya saya akan merasa kebingungan karena begitu banyak pilihan yang indah dan menarik. Mulai dari bentuk, warna, hingga aksesoris yang “mempercantik” penampilan.
Jilbab/Hijab saat ini menjadi tren busana yang begitu fenomenal. Bisnis fashion muslimah menjadi begitu menjamur. Bahagia melihatnya, tapi dibalik itu semua ada beberapa hal yang menjadi “bahan pembelajaran” bagi saya yang begitu awam mengenai agama Islam.
Hingga tadi siang, ada teman saya yang memberikan artikel menarik mengenai Jilbab/Hijab. Sangat menarik, dan membuat saya “Malu”.
Dan inilah artikel tersebut :



Hijab Punuk unta

Beginilah Gambar Perempuan Yang Kepalanya Ibarat Punuk Onta, Yang Disebutkan Oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam Dalam Hadits Shahih Riwayat Imam Muslim dan Lainnya Bahwasanya Mereka Tidak Akan Masuk Surga dan Tidak Akan Mencium Bau Wangi Surga, Padahal Bau Wangi Surga Bisa Dicium Dari Jarak Yang Sangat Jauh..

Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda”

“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya,

1. Kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia [maksudnya penguasa yang dzalim],
2. Dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu [jarak jauh sekali]”. (HR. Muslim dan yang lain).

Penjelasan Hadits Menurut Para Ulama:

Imam An Nawawi dalam Syarh-nya atas kitab Shahih Muslim berkata:

“Hadis ini merupakan salah satu mukjizat Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam. Apa yang telah beliau kabarkan kini telah terjadi…

Adapun “berpakaian tapi telanjang”, maka ia memiliki beberapa sisi pengertian.

Pertama, artinya adalah mengenakan nikmat-nikmat Allah namun telanjang dari bersyukur kepada-Nya.

Kedua, mengenakan pakaian namun telanjang dari perbuatan baik dan memperhatikan akhirat serta menjaga ketaatan.

Ketiga, yang menyingkap sebagian tubuhnya untuk memperlihatkan keindahannya, mereka itulah wanita yang berpakaian namun telanjang.

Keempat, yang mengenakan pakaian tipis sehingga menampakkan bagian dalamnya, berpakaian namun telanjang dalam satu makna.

Sedangkan “maa`ilaatun mumiilaatun”, maka ada yang mengatakan: menyimpang dari ketaatan kepada Allah dan apa-apa yang seharusnya mereka perbuat, seperti menjaga kemaluan dan sebagainya.

“Mumiilaat” artinya mengajarkan perempuan-perempuan yang lain untuk berbuat seperti yang mereka lakukan.

Ada yang mengatakan, “maa`ilaat” itu berlenggak-lenggok ketika berjalan, sambil menggoyang-goyangkan pundak.

Ada yang mengatakan, “maa`ilaat” adalah yang menyisir rambutnya dengan gaya condong ke atas, yaitu model para pelacur yang telah mereka kenal.

“Mumiilaat” yaitu yang menyisirkan rambut perempuan lain dengan gaya itu.

Ada yang mengatakan, “maa`ilaat” maksudnya cenderung kepada laki-laki.

“Mumiilaat” yaitu yang menggoda laki-laki dengan perhiasan yang mereka perlihatkan dan sebagainya.

Adapun “kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta”, maknanya adalah mereka membuat kepala mereka menjadi nampak besar dengan menggunakan kain kerudung atau selempang dan lainnya yang digulung di atas kepala sehingga mirip dengan punuk-punuk unta. Ini adalah penafsiran yang masyhur.

Al Maaziri berkata: dan mungkin juga maknanya adalah bahwa mereka itu sangat bernafsu untuk melihat laki-laki dan tidak menundukkan pandangan dan kepala mereka.

Sedang Al Qoodhiy memilih penafsiran bahwa itu adalah yang menyisir rambutnya dengan gaya condong ke atas. Ia berkata: yaitu dengan memilin rambut dan mengikatnya ke atas kemudian menyatukannya di tengah-tengah kepala sehingga menjadi seperti punuk-punuk unta.

Lalu ia berkata: ini menunjukkan bahwa maksud perumpamaan dengan punuk-punuk unta adalah karena tingginya rambut di atas kepala mereka, dengan dikumpulkannya rambut di atas kepala kemudian dipilin sehingga rambut itu berlenggak-lenggok ke kiri dan ke kanan kepala.

Fatwa Syaikhuna Fadlilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin rahimahullah:
Pertanyaan :

السؤال : هل ما تفعله بعض النسوة من جمع شعورهن على شكل كرة في مؤخرة الرأس ، هل يدخل في الوعيد : ” نساء كاسيات عاريات … رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة لا يدخلن الجنة ….” ؟

Apakah perbuatan yang dilakukan sebagian wanita berupa mengumpulkan rambut menjadi berbentuk bulat (menggelung/menyanggul) di belakang kepala, masuk ke dalam ancaman dalam hadits :
نساء كاسيات عاريات … رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة لا يدخلن الجنة …“…Wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang… kepala-kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga…“ ?

Jawaban :

الجواب :
أما جمع المرأة رأسها للشغل ، ثم بعد ذلك ترده ، فهذا لا يضر ، لأنها لا تفعل هذا زينة أو تجملا ، لكن للحاجة ، وأما رفعه وجمعه على سبيل التزين ، فإن كان إلى فوق فهو داخل في النهي ، لقوله صلى الله عليه وسلم : [ رؤوسهن كأسنمة البخت …] ، والسنام يكون فوق.

Adapun jika seorang wanita menggelung rambutnya karena ada kesibukan kemudian mengembalikannya setelah selesai, maka ini tidak mengapa, karena ia tidak melakukannya dengan niat berhias, akan tetapi karena adanya hajat/keperluan.
Adapun mengangkat dan menggelung rambut untuk tujuan berhias, jika dilakukan ke bagian atas kepala maka ini masuk ke dalam larangan, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam :
رؤوسهن كأسنمة البخت …“…kepala-kepala mereka seperti punuk unta…”, dan punuk itu adanya di atas…“
Sumber : “Liqo’ Bab al-Maftuh” kaset no. 161.

Fatwa Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah:
Pertanyaan :

لسائل: ما حكم جمع المرأة لشعرها فوق رَقَبَتِهَا وخلف رأسها بحيث يعطي شكلاً مكوراً مع العلم بأن المرأة حين تتحجب يظهر شكل الشعر من خلف الحجاب ؟.

Apa hukum seorang wanita mengumpulkan (menggelung/sanggul) rambutnya di atas lehernya dan di belakang kepalanya yang membentuk benjolan sehingga ketika wanita itu memakai hijab, terlihat bentuk rambutnya dari belakang hijabnya?

Jawaban :

الشيخ: هذه خطيئة يقع فيها كثير من المتحجبات حيث يجْمَعْن شعورهن خلف رؤوسهن فَيَنْتُؤُ من خلفهن ولو وضعن الحجاب من فوق ذلك، فإن هذا يخالف شرطا من شروط الحجاب التي كنت جمعتها في كتابي حجاب المرأة المسلمة من الكتاب والسنة ومن هذه الشروط ألا يحجم الثوب عضوا أو شيئا من بدن المرأة،فلذلك فلا يجوز للمرأة أن تكور خلف رأسها أو في جانب من رأسها شعر الرأس بحيث أنه يَنْتُؤُ هكذا فيظهر للرأي ولو بدون قَصْدٍ أنها مشعرانية أو أنها خفيفة الشعر يجب أن تسدله ولا تُكَوِمَهُ .

Ini adalah kesalahan yang terjadi pada banyak wanita yang memakai jilbab, dimana mereka mengumpulkan rambut-rambut mereka di belakang kepala mereka sehingga menonjol dari belakang kepalanya walaupun mereka memakai jilbab di atasnya. Sesungguhnya hal ini menyelisihi syarat hijab yang telah kukumpulkan dalam kitabku “Hijab al-Mar’ah al-Muslimah minal Kitab was Sunnah”.
Dan diantara syarat-syarat tersebut adalah pakaian mereka tidak membentuk bagian tubuh atau sesuatu dari tubuh wanita tersebut, oleh karena itu tidak boleh bagi seorang wanita menggelung rambutnya dibelakang kepalanya atau disampingnya yang akan menonjol seperti itu, sehingga tampaklah bagi penglihatan orang walaupun tanpa sengaja bahwa itu adalah rambut yang lebat atau pendek. Maka wajib untuk mengurainya dan tidak menumpuknya.

Sumber : “Silsilatul Huda wan Nur“.

Fatwa ‘Al-Lajnah Ad-Da’imah’ 2/27:

Pertanyaan:

” السؤال : هل يجوز أن نعتقد كفر النساء الكاسيات العاريات لقول النبي صلى الله عليه وسلم : ( لا يدخلن الجنة ولا يجدن ريحها ) الحديث ؟

Apakah boleh kita berkeyakinan tentang kafirnya para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam: “Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu [jarak jauh sekali” (Al-Hadits)?.

والجواب :
يكفر من اعتقد حل ذلك منهن بعد البيان والتعريف بالحكم ، ومن لم تستحل ذلك منهن ولكن خرجت كاسية عارية فهي غير كافرة ، لكنها مرتكبة لكبيرة من كبائر الذنوب ، ويجب الإقلاع عنها ، والتوبة منها إلى الله ، عسى أن يغفر الله لها ، فإن ماتت على ذلك غير تائبة فهي تحت مشيئة الله كسائر أهل المعاصي ؛ لقول الله عز وجل : ( إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ) ” انتهى.

Jawaban:

Siapa saja yang meyakini akan halalnya hal itu dari kalangan para wanita padahal telah dijelaskan kepadanya [kalau tidak halal] dan diberi pengertian tentang hukumnya, maka ia kafir.

Adapun yang tidak menghalalkan hal itu dari kalangan para wanita akan tetapi ia keluar rumah dalam keadaan berpakaian tapi telanjang, maka ia tidak kafir, akan tetapi ia terjerumus dalam dosa besar, yang harus melepaskan diri darinya dan taubat daripadanya kepada Allah, semoga Allah mengampuninya. Jika ia mati dalam keadaan belum bertaubat dari dosanya itu maka ia berada dalam kehendak Allah sebagaimana layaknya para ahli maksiat; sebagaimana firman Allah Azza Wa Jalla:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya”. (QS. An-Nisaa’: 48). Selesai. Fatwa ‘Al-Lajnah Ad-Da’imah’ 2/27.

Kesimpulan:

Maksud dari hadits “kepala mereka seperti punuk onta”, adalah wanita yang menguncir atau menggulung rambutnya sehingga tampak sebuah benjolan di bagian belakang kepala dan tampak dari balik hijabnya .

Ancaman yang sangat keras bagi setiap wanita yang keluar rumah menonjolkan rambut yang tersembunyi di balik hijabnnya dengan ancaman tidak dapat mencium bau wangi surga, padahal bau wangi surga bisa dicium dari jarak yang sangat jauh.

Apabila telah ada ketetapan dari Allah baik berupa perintah atau pun larangan, maka seorang mukmin tidak perlu berpikir-pikir lagi atau mencari alternatif yang lain. Terima dengan sepenuh hati terhadap apa yang ditetapkan Allah tersebut dalam segala permasalahan hidup.

“Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” [QS. Al-Ahzab: 36 ]

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu ..”

[Q.S. Al Hujaraat : 15]

Kalau kita cermati dengan seksama maka akan jelas sekali bahwa saat ini banyak kaum wanita yang telah melakukan apa yang dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam dalam hadits tersebut, yaitu memakai jilbab yang dibentuk sehingga mirip punuk onta. Kalau berjilbab seperti ini saja tidak masuk surga, bagaimana pula yang tidak berjilbab?

Inti dari larangan dalam hadits tersebut adalah bertabarruj, yaitu keluar rumah dengan berdandan yang melanggar aturan syari’at dan berjilbab yang tidak benar sebagaimana firman Allah:

“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu (bertabarruj) berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu“. (QS. Al-Ahzaab: 33).

Adapun ketika dirumah dan dihadapan suami, maka para isteri diperbolehkan berdandan dengan cara apa saja yang menarik hati suaminya, bahkan tanpa mengenakan sehelai kainpun juga boleh, tidak haram, bahkan berpahala.

Semoga jelas dan bermanfaat..
Dengan Hijabmu.. Engkau.. Ibarat Mutiara yang Tersimpan. Terjaga lagi Terlindungi..
Perempuan Yang Tidak Berjilbab Dengan Jilbab Sesuai Aturan Syari’at Bukan Hanya Rusak Untuk Dirinya Sendiri, Akan Tetapi Juga Merusak Orang Lain?!!

Berjilbab Dengan Benar..

Tubuh Ditutup Jilbab dan Hati Dihiasi Akhlakul Karimah..

Tidak Ada Alasan Memperbaiki Hati Dulu Sebelum Berjilbab..

Yang Benar Adalah Keduanya Wajib Dikerjaan Bersamaan;

Tubuh Di Jilbab-in dan Hati Di Bener-in..

Selamatkan Dirimu dan Keluargamu dari Api Neraka..

Mulailah dari Sekarang Sebelum Terlambat..

Sebelum Ajal Datang Menjemput..

Sesal Dahulu Pendapatan, Sesal Kemudian Tiada Guna..

BerIslam Secara Total [Kaaffah] dan Tidak Setengah-Setengah..

Allah Mencintai Anda.. Allah Meridhai Anda..

Allah Memberikan Barokah Kepada Anda..

Carilah Ridha Allah dan Jangan Takut Hinaan Manusia..

Jangan Terbalik, Mencari Ridha Manusia Padahal Mendatangkan Murka Allah.. Anda Bisa dengan Pertolongan Allah..

Mulailah dari Sekarang.. Mulailah dari Sekarang.. Mulailah dari Sekarang.. Sebelum Terlambat!!!.. Sebelum Menyesal!!.. Mantapkan Hatimu.. Melangkahlah.. Allah Menolongmu.. Allah Membantumu.. Allah Bersamamu.. Bismillah Tawakkaltu ‘Alallooh…

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
( Al-Qur’an Surat 33 Al-Ahzaab Ayat 59).

SUMBER : Hati Bening

Yah, sesungguhnya mari kita berlindung pada Allah dari apa yang tidak kita ketahui. Allahlah yang Maha Mengetahui segala urusan. Jika kita sudah tahu, sekaranglah saatnya untuk menjalankan. Mari berjuang bersama saudariku.

Special for You, Muslimah

Love this nasyid deeply. I just feel like a honorable moment comes to me when I'm listening to it. I also want you to enjoy it.


This is the lyrics:
Muslimah, by Nazrey Johani
Oh muslimah
Allah cinta kepadamu
Rasulullah kasih kepadamu
Oh muslimah
Berbahagialah kau telah dilahirkannya dengan mulia

Subhanallah
Tuhan telah berkati wanita yang cukup ilmu
Rendah hati

Oh muslimah
busanamu menutup rapi
auratmu kau lindungi dengan indahnya

Oh muslimah
kau rajin mengaji
Islam kau jadikan ikutan sejati

Oh muslimah
memandangmu menyejuk hati
menundukkan nafsu hati yang goyah
Keayuan wanita solehah indah peribadi
Tulus hatinya

Oh muslimah
Kecantikan yang sebenar
Pada tutur kata penuh berhikmah

Mempertahan kehormatan dirimu
dengan pakaian mentaati Allah

Oh muslimah
Kau masuk ke syurga
Solat lima waktu dan berpuasa
Menundukkan pandangan matamu
Mentaati suami yang tercinta

Oh muslimah
Kau rajin mengaji
Islam kau jadikan
Ikutan sejati

Do you love it?

Minggu, 04 Desember 2011

Unique Pics

Well, I really love taking pictures, including what things around me. When I take a look back to my albums, I found some pics those are unique for me.
Here are they:


Both of the pics I took from inside of the ATM machine at night. How cool are they, right?

Next, I shot a pic from a book cover. Let see it.


Just wait the next episode, then.

Jumat, 02 Desember 2011

My Fav Nasyid... Do You Wanna Listen Some?

Well, talking about music is something that really gives an influences in human's life. There are various music we had known; pop, jazz, classical, RnB, tango, salsa, etc. But, this maybe still many people over the world do not about: NASYID.
Huh, am I right? To prove my hypothesis, I give you some questions? Do you know RAIHAN (Yeah, everybody knows that), Edcoustic, Aden or Saujana, The Fikr, The Zikr, etc? (Seem you are familiar with them), but what about other munsyid all over the world?
Let's watch this video:

This tells us that to be a muslim, we just need to believe in Allah, so, let's say I'M NOT AFRAID STAND ALONE.

Or, the following video:

It's calm and enjoyable. This reminds you as slavery of Him, besides you also can learn 'aamiyah Arabic and English, Urdu or other languages.

Actually, I'll recommend you more, but just wait n' listen to them first.
These are my fav nasyid, what about you?

Kamis, 24 November 2011

Happy Teacher's Day


24/11 in the morning

I don't know the reason why I am starting to have a dream to be a teacher. My Mum is a teacher, and my Dad also is a teacher. Well, out of this, I love to be someone who can inspire people. And one of the way is become a teacher; you can deliver knowledge and the benefits is life long even till you are passed away. However, I just hope that I can be a good teacher. A big challenge for me to keep my students to keep their spirit, that education is a way to make you better.
Finally, thanks to all of my teachers and lectures, who brings me to be like this, now, and here. This is me, someone who wants to be A TEACHER.

24/11 at night

Going home... Finally. It's my third time this semester. I was surprised when I found so many snacks at home. Mum also wear a nice ring. Guess what? those all are from her students. So, the headmaster announced to the students about this and they were really enthusiastic and gave all they have. Hope they will happy for finding my Mum as their teacher, and I also hope can be like her.