“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S Asy-Syams: 8-10)
Ini memang benar-benar ujian. Ujian fisik dan mental. Berbicara tentang kampusku yang tercinta ini, bagaimana pelayanan publik dan akhlak orang-orang yang berada didalamnya. Ketika sedikit tersulut api, langsung dengan gampang dan penuh amarah mengucapkan sumpah serapah yang sebanding sampah. Bahkan tidak sadar diri, siapa dia sebenarnya dihadapan mahasiswa. Bukankah sudah saatnya yang tua juga berintropeksi diri, apa yang sudah diberi sampai anak-anak mereka jadi seperti ini, kenapa hanya melihat segala sesuatu dari satu sisi. Tidakkah mereka tahu, setiap manusia itu istimewa?
Saat saya tidak tahu apa sebenarnya yang jadi indikator penilaian, tiba-tiba diintimidasi dengan kata-kata yang sungguh bukanlah lambang yang sepadan dengan jabatan dan usia mereka yang jauh lebih besar, terkadang susah memahami mereka yang katanya sudah ‘berpengalaman sekian tahun’ dalam mengelola sebuah sistem. Sistem yang mencetak calon pendidik di negeri ini.
Hm… sempat bersuuzhon, barangkali juga masih ada yang kurang (bulanan, mungkin…), sampai dengan tega mengkhianati sumpah profesi dan kode etik mereka. Standar internasional? Waduh, saya rasa masih jauh, tuh. Kita masih harus melihat diri kita secara pribadi dulu, bukan hanya melihat GAJI.
Dan lagi-lagi saya merasa diingatkan Allah, apakah saya bisa belajar mengatur emosi yang sedang meledak-ledak ini atau turut larut dalam salah satu sifat yang merupakan sifat yang disenangi syaithan (yaitu marah).
Terngianglah di telinga ini:
Ujian adalah tarbiyah dari Allah…
Apakah kita kan sabar, ataupun sebaliknya
(Inteam ft Raihan)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Assalamu'alaikum na...blognya keren...ajarin kk..
BalasHapus