Ini
mungkin sebuah tulisan kecil saja. Saya merasa tak ada apa-apanya jika
dibandingkan dengan yang lainnya kalau harus membahas mengenai ini. Bagi saya
menulis adalah menyalakan pelita, meskipun saat ini ada rasa sakit yang saya
rasa, tapi saya masih bisa bergerak dengan menulis, dan insyaallah ia juga akan
memperpanjang usia, meskipun jika saya sudah tidak ada nanti.
Ini
adalah sebuah negeri indah yang benar-benar dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.
Sepertinya, ia menjadi tragedi kemanusiaan paling abadi yang diputar di layar
kaca (Ustadz Felix Siawu), namun terkadang kita banyak lupa. Seorang saudara
mengingatkan bahwa seharusnya kitalah yang pantas dikasihani. Mengapa? Mereka
bertempur disana dengan kekuatan iman. Hafalannya saja sekian. Bayangkan, dalam
waktu 2 bulan, Gaza mampu mencetak ribuan huffadz. Bagaimana ceritanya Israel
gak bakalan takut?
Maka,
saya benar-benar mengasihani diri saya sendiri. Di usia sebegini, sudah berapa
juz yang bisa saya kuasai, dan dipersembahkan ke hadapan Allah kelak. Apalagi
yang mengaku sebagai aktivis dakwah, mana sumber pelurunya, jika Al-Qur’an saja
tidak ada dalam hatinya?
Saya
jadi mengasihani diri sendiri. Itu baru hafalannya, bagaimana dengan ibadah
lainnya? Yah, kitalah yang lebih pantas dikasihani…
Hm…
Semoga dengan itu saya jadi sadar, saya masih harus banyak belajar
menyempurnakan diri, jika ingin sempurna saat pulang menghadap-Nya nanti.
Rabbi, seandainya masih Engkau berkenan meminjamkan nikmat usia padaku… Izinkan
aku mengukir mimpi tentang sebuah negeri indah bernama Palestina. Negeri dimana
jutaan anak dipersiapkan menjadi syuhada dan dengan senyum enteng menjemput
syurga. Negeri dimana tidak ada ketakutan selain ketakutan yang dialamatkan
hanya pada-Mu. Negeri yang setiap malamnya orang-orang tidak disibukkan oleh
mimpi dunia, tapi membangun kedekatan dan kecintaan dengan berdiri mengadu
pada-Mu… Negeri indah yang tidak bisa akan berhenti kulukiskan keindahannya.
Palestina namanya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar