“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S Asy-Syams: 8-10)
Ini memang benar-benar ujian. Ujian fisik dan mental. Berbicara tentang kampusku yang tercinta ini, bagaimana pelayanan publik dan akhlak orang-orang yang berada didalamnya. Ketika sedikit tersulut api, langsung dengan gampang dan penuh amarah mengucapkan sumpah serapah yang sebanding sampah. Bahkan tidak sadar diri, siapa dia sebenarnya dihadapan mahasiswa. Bukankah sudah saatnya yang tua juga berintropeksi diri, apa yang sudah diberi sampai anak-anak mereka jadi seperti ini, kenapa hanya melihat segala sesuatu dari satu sisi. Tidakkah mereka tahu, setiap manusia itu istimewa?
Saat saya tidak tahu apa sebenarnya yang jadi indikator penilaian, tiba-tiba diintimidasi dengan kata-kata yang sungguh bukanlah lambang yang sepadan dengan jabatan dan usia mereka yang jauh lebih besar, terkadang susah memahami mereka yang katanya sudah ‘berpengalaman sekian tahun’ dalam mengelola sebuah sistem. Sistem yang mencetak calon pendidik di negeri ini.
Hm… sempat bersuuzhon, barangkali juga masih ada yang kurang (bulanan, mungkin…), sampai dengan tega mengkhianati sumpah profesi dan kode etik mereka. Standar internasional? Waduh, saya rasa masih jauh, tuh. Kita masih harus melihat diri kita secara pribadi dulu, bukan hanya melihat GAJI.
Dan lagi-lagi saya merasa diingatkan Allah, apakah saya bisa belajar mengatur emosi yang sedang meledak-ledak ini atau turut larut dalam salah satu sifat yang merupakan sifat yang disenangi syaithan (yaitu marah).
Terngianglah di telinga ini:
Ujian adalah tarbiyah dari Allah…
Apakah kita kan sabar, ataupun sebaliknya
(Inteam ft Raihan)
Selasa, 31 Januari 2012
Selasa, 24 Januari 2012
Mendapatkan Ilmu dengan Membaca, Ingatlah dengan Menulisnya
Saat menulis tentang ini, saya teringat pada salah seorang guru idola saya sewaktu duduk di kelas dua aliyah dulu. Beliau adalah guru Matematika yang membuat saya jadi jatuh cinta dengan mata pelajaran itu. Di tangan beliau, mata pelajaran itu jadi mudah untuk dimengerti. Tapi, bukan cuma itu yang bikin saya suka. Setiap masuk, beliau senantiasa memberikan kata-kata pembangkit semangat buat kami, anak-anak didik beliau. Mungkin itu juga yang mengantarkan beliau menjadi guru teladan se-Indonesia. Satu kata yang selalu ingat di benak saya sampai sekarang adalah untuk membaca untuk mendapatkan ilmu, mengingat ilmu dengan menuliskannya, bahkan untuk menjaga hafalan (beliau juga biasa meruqyah anak-anak yang diganggu jin).
Yah, sebenarnya untuk membaca ini sudah jadi hobi saya dari kecil (emang sekarang dah setua apa, ya?). Dulu, sewaktu masih belum punya rumah sendiri, saya tinggal di bekas sebuah rumah sekolah. Di sebelah ruangan yang kami tempati, ada perpustakaan sekolah dengan stok buku-buku lama. Bukunya memang dah old-fashioned, tapi ilmunya subhanallah. Dari situ saya kenal dengan Jenderal Soedirman, Teuku Umar, Khaulah dan Romanus, Julius Caesar, Khansa’, para ummahatul mukminin dan lain-lain. Memang tidak semua buku yang saya baca, mungkin karena sejak kecil saya sudah punya minat sendiri. Dan, Papa juga suka sekali diskusi masalah sosial di rumah, jadi saya sudah terbiasa untuk melahap hal-hal yang berbau seperti itu.
Ketika kelas enam sekolah dasar, alhamdulillah rumah kami sudah bisa ditempati. Saya kehilangan tempat membaca saya. Tapi itu tak lama, alhamdulillah perpustakaan sekolah bisa memenuhi kebutuhan membaca saya yang agak gila ini. Gila? Ya, dulu sebelum mempraktekkan adab ke istihmam (kamar mandi) yang benar, saya biasa bawa buku ke dalam. Atau, saya pernah masuk ke dalam selokan dengan lukan yang cukup dalam hanya karena asyik membaca sambil jalan abis disuruh Mama belanja beberapa perlengkapan masak. Alhasil, minyak tanah yang dibeli tumpah dan saya juga dimarahi.
Membaca juga akhirnya membuat saya berubah.
Ini benar-benar jelas saya rasakan saat saya menemukan sebuah buku yang merubah cara pandang saya, yang membuat saya harus kembali menata hati dan menjaga kemuliaan diri. Judulnya? CINTA KITA BEDA. Mungkin bagi beberapa orang yang membaca, itu biasa. Tapi bagi saya, saya seperti menemukan apa yang selama ini saya cari.
Karenanya, saya jadi tak menyesal saat sebelumnya saya mengatakan TIDAK pada seseorang yang ikut menemani hari-hari saya sebagai remaja putri, karena dulu saya hanya ingin menjadikannya sebagai sahabat, saya rasa tak baik mengumbar rasa jika tidak pada waktunya. Dan, itu benar. Atau, saat saya merasa saya harus berada di rumah saat teman-teman seusia saya asyik menghabiskan waktu mereka bersama orang yang mereka klaim sebagai ‘pacar’. Tapi, jauh di lubuk hati saya, saya sangat bersyukur dengan adanya pertolongan Allah, mengantarkan saya sampai ke jalan ini.
Dan, dengan membaca saya jadi tahu bahwa saya tidak sendirian. Ternyata, ada muslimah di luar sana yang juga sedang berusaha untuk menyampaikan kebenaran dan menunjukkan eksistensinya dengan berhijab dan memakai jilbab yang benar dan syar’i.
Lewat membaca saya jadi tahu, bahwa ada seorang wanita muda Amerika yang bernama Rachel Corrie, meninggal dalam usia 23 tahun, dilindas oleh buldoser Israel saat mencoba menghalangi tentara yang akan menghancurkan rumah warga Palestina. Ia berbaring dengan memakai baju terang, tapi tentara itu tak berhenti. Ia tewas dengan bagian tubuh yang tidak bisa dikenali lagi. Bagi Israel, tindakannya itu adalah tindakan yang bodoh, sedangkan di negaranya ia dipandang sebagai teroris.
Dan, dengan menuliskan, saya mencoba untuk mengingat semuanya…
Yah, sebenarnya untuk membaca ini sudah jadi hobi saya dari kecil (emang sekarang dah setua apa, ya?). Dulu, sewaktu masih belum punya rumah sendiri, saya tinggal di bekas sebuah rumah sekolah. Di sebelah ruangan yang kami tempati, ada perpustakaan sekolah dengan stok buku-buku lama. Bukunya memang dah old-fashioned, tapi ilmunya subhanallah. Dari situ saya kenal dengan Jenderal Soedirman, Teuku Umar, Khaulah dan Romanus, Julius Caesar, Khansa’, para ummahatul mukminin dan lain-lain. Memang tidak semua buku yang saya baca, mungkin karena sejak kecil saya sudah punya minat sendiri. Dan, Papa juga suka sekali diskusi masalah sosial di rumah, jadi saya sudah terbiasa untuk melahap hal-hal yang berbau seperti itu.
Ketika kelas enam sekolah dasar, alhamdulillah rumah kami sudah bisa ditempati. Saya kehilangan tempat membaca saya. Tapi itu tak lama, alhamdulillah perpustakaan sekolah bisa memenuhi kebutuhan membaca saya yang agak gila ini. Gila? Ya, dulu sebelum mempraktekkan adab ke istihmam (kamar mandi) yang benar, saya biasa bawa buku ke dalam. Atau, saya pernah masuk ke dalam selokan dengan lukan yang cukup dalam hanya karena asyik membaca sambil jalan abis disuruh Mama belanja beberapa perlengkapan masak. Alhasil, minyak tanah yang dibeli tumpah dan saya juga dimarahi.
Membaca juga akhirnya membuat saya berubah.
Ini benar-benar jelas saya rasakan saat saya menemukan sebuah buku yang merubah cara pandang saya, yang membuat saya harus kembali menata hati dan menjaga kemuliaan diri. Judulnya? CINTA KITA BEDA. Mungkin bagi beberapa orang yang membaca, itu biasa. Tapi bagi saya, saya seperti menemukan apa yang selama ini saya cari.
Karenanya, saya jadi tak menyesal saat sebelumnya saya mengatakan TIDAK pada seseorang yang ikut menemani hari-hari saya sebagai remaja putri, karena dulu saya hanya ingin menjadikannya sebagai sahabat, saya rasa tak baik mengumbar rasa jika tidak pada waktunya. Dan, itu benar. Atau, saat saya merasa saya harus berada di rumah saat teman-teman seusia saya asyik menghabiskan waktu mereka bersama orang yang mereka klaim sebagai ‘pacar’. Tapi, jauh di lubuk hati saya, saya sangat bersyukur dengan adanya pertolongan Allah, mengantarkan saya sampai ke jalan ini.
Dan, dengan membaca saya jadi tahu bahwa saya tidak sendirian. Ternyata, ada muslimah di luar sana yang juga sedang berusaha untuk menyampaikan kebenaran dan menunjukkan eksistensinya dengan berhijab dan memakai jilbab yang benar dan syar’i.
Lewat membaca saya jadi tahu, bahwa ada seorang wanita muda Amerika yang bernama Rachel Corrie, meninggal dalam usia 23 tahun, dilindas oleh buldoser Israel saat mencoba menghalangi tentara yang akan menghancurkan rumah warga Palestina. Ia berbaring dengan memakai baju terang, tapi tentara itu tak berhenti. Ia tewas dengan bagian tubuh yang tidak bisa dikenali lagi. Bagi Israel, tindakannya itu adalah tindakan yang bodoh, sedangkan di negaranya ia dipandang sebagai teroris.
Dan, dengan menuliskan, saya mencoba untuk mengingat semuanya…
Rabu, 18 Januari 2012
Tanda Tanya, Ada Apa?
Huff... agak melelahkan beberapa hari ini menghadapi ketidakpastian. You know what is that, PL yang tak tak diketahui dimana lokasi pastinya. Here it is, awalnya sudah dapat di sebuah sekolah, tapi berhubung ternyata ada teman dari jurusan lain yang disuruh ngajar pada bidang yang tidak mereka kuasai dan pelajari, akhirnya mindah. Berharap saja, semoga ini tidak berubah lagi, insyaallah, semoga saja senantiasa ada jalan. Yah, karena manusia selalu memiliki harapan... Semoga tanda tanya ini bisa segea berubah jadi tanda seru.
Senin, 09 Januari 2012
Demam PL? Gak Gitu Juga Sih... Tapi...
Huff, subhanallah,. Pas nulis status tentang rencana manusia yang kalah dengan rencana Allah, Sang Sutradara terbaik, banyak yang kasih jempol. PL... Kata-kata yang benar-benar menjadi sebuah awal yang besar, karena ada begitu banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Mulai dari rencana pribadi selama 2012, amanah dakwah yang harus segera dilaksanakan dan dirancang selama di kampus, dan...
Tapi :) memang inilah misteri Allah. Ada rencana di balik itu semua. Apapun yang erjadi nanti, semoga ini bisa menjadi hal yang terbaik buatku, buat orang-orang disekitarku, dan juga biat perjuangan yang mulia ini. Insyaallah...
Sumber gambar:http://4.bp.blogspot.com
Tapi :) memang inilah misteri Allah. Ada rencana di balik itu semua. Apapun yang erjadi nanti, semoga ini bisa menjadi hal yang terbaik buatku, buat orang-orang disekitarku, dan juga biat perjuangan yang mulia ini. Insyaallah...
Sumber gambar:http://4.bp.blogspot.com
Ucapan Jelang Menghadap Rabbku
Kami berada di sini, Kekasihku, kesaksian-Mu
Kami meminta perlindungan dari pesona-Mu
Semoga Engkau memberiku apa yang ingin aku raih
Rengkuh, gapai sebagai titik akhir makna hidupku
O, Engkau Tuhan langit dan bumi yang bersinar
Ketika kami redup dalam simpuh-Mu
Sebagaimana Engkau bersinar di depan para malaikat
Dan setan remuk bentuk dari api-Mu
Aku adalah bentuk turun Adam hadir dalam, wicara-Mu
Engkau telah memberiku kesaksian-Mu
Ketika mereka menangkap, menuduh, dan mencemoohkanku
Aku hanya sendiri mengarungi waktu laut-Mu
Dalam bentuk yang indah dan menakjubkan
Aku rela disiksa oleh tangan-tangan besi
Untuk mengucapkan perkataan yang memberiku kehidupan
Aku rela ditawan, dipenjara, diadili dan kemudian dihukum cambuk
Darahku mengalir bagai gurun, ditengah gelombang sungai Tigris
Tidak, tidak mungkin aku menyembunyikan-Mu dari jiwaku
Untuk memiliki-Mu semata. Aku rela hilang bentuk wujudku.
Aku menangis kepada-Mu, bukan untuk diriku sendiri
Tetapi bagi jiwa-jiwa yang merindukan-Mu, yang saksinya
Aku sendiri, sekarang sampai kepada-Mu, Saksi Keabadian
Ucapan Abu Mansur Al-Hallaj, sesaat ketika berada di tiang gantungan. Diwan Al-Hallaj, ed. L. Massignon, Penerbit Syahbi halaman 34.
Kami meminta perlindungan dari pesona-Mu
Semoga Engkau memberiku apa yang ingin aku raih
Rengkuh, gapai sebagai titik akhir makna hidupku
O, Engkau Tuhan langit dan bumi yang bersinar
Ketika kami redup dalam simpuh-Mu
Sebagaimana Engkau bersinar di depan para malaikat
Dan setan remuk bentuk dari api-Mu
Aku adalah bentuk turun Adam hadir dalam, wicara-Mu
Engkau telah memberiku kesaksian-Mu
Ketika mereka menangkap, menuduh, dan mencemoohkanku
Aku hanya sendiri mengarungi waktu laut-Mu
Dalam bentuk yang indah dan menakjubkan
Aku rela disiksa oleh tangan-tangan besi
Untuk mengucapkan perkataan yang memberiku kehidupan
Aku rela ditawan, dipenjara, diadili dan kemudian dihukum cambuk
Darahku mengalir bagai gurun, ditengah gelombang sungai Tigris
Tidak, tidak mungkin aku menyembunyikan-Mu dari jiwaku
Untuk memiliki-Mu semata. Aku rela hilang bentuk wujudku.
Aku menangis kepada-Mu, bukan untuk diriku sendiri
Tetapi bagi jiwa-jiwa yang merindukan-Mu, yang saksinya
Aku sendiri, sekarang sampai kepada-Mu, Saksi Keabadian
Ucapan Abu Mansur Al-Hallaj, sesaat ketika berada di tiang gantungan. Diwan Al-Hallaj, ed. L. Massignon, Penerbit Syahbi halaman 34.
Sabtu, 07 Januari 2012
Janji... Untuak Uni :)
Salam. Hehe. Senang kali buek Uni awak penasaran. Tapi janji harus ditunaikan kan. Nah begini Uni. Sabtu, 5 Safar 1433 H/ 1 Januari 2012 kemarin, ada agenda Milad DEPAG. Nah, paginya ada Jalan Kaki Jantung Sehat. Nah, dari sekian banyak rencana yang kami susun malam haru bareng Mama, eh ternyata yang berangkat cuma Na sama Mama. Fitria? Pulkam ke Lintau. Para lelaki? Memilih untuk menunggu rumah, ada acara yang mau ditonton, katanya.
Di tengah perjalanan, berhasillah Na mengabadikan pemandangan yang keren di kampuang awak.
Yo wis. Dan... Mama milih naik motor. Bayangkan, Ni. Saat para pasukan hijau sibuk jalan (baju seragamnya warna hijau), Nah kami berdua berseliweran dengan anggunnya pakai motor.Dan, Na berhasil mengabadikan peristiwanya. Oh ya, cuma Na yang beda pakai rok n baju blue-darker n jilbab bergo. :)
Foto diatas itu saat kita berusaha ngejar pasukan hijau.
Lanjut, pas di tengah perjalan kakian, kita dapat kupon gratis yang diundi nanti. Wah, Mama mencak-mencak, coba bawa anggota lebih banyak. (ngarep.com)
Yah, saatnya ngumpul, di depan lapangan Cindua Mato. Rame... Bahkan banyak si kecil imut-imut.
Bahkan ada yang mirip Baim, tapi g bisa kelihatan sih disini wajah si dedek.
Dan dipanggillah pemenangnya satu per ciek.
Dah, janji Na lagi. Di tengah acara, Na lihat dua orang bidadari manis. Satu baru saja menang judo dan jadi juara kelas. Yang satu subhanallah cantiknya dari Uni (^-^) Nah, ini mereka...
Pertanyaannya, bisakah Uni menebak siapa mereka???
Tambahan, jelang pulang ke Padang, sejenak menyempatkan diri ke Lapangan lagi. Pas Jum'atan. Keren, bersih lagi.
Well, done.
To be continued jika diminta...
Di tengah perjalanan, berhasillah Na mengabadikan pemandangan yang keren di kampuang awak.
Yo wis. Dan... Mama milih naik motor. Bayangkan, Ni. Saat para pasukan hijau sibuk jalan (baju seragamnya warna hijau), Nah kami berdua berseliweran dengan anggunnya pakai motor.Dan, Na berhasil mengabadikan peristiwanya. Oh ya, cuma Na yang beda pakai rok n baju blue-darker n jilbab bergo. :)
Foto diatas itu saat kita berusaha ngejar pasukan hijau.
Lanjut, pas di tengah perjalan kakian, kita dapat kupon gratis yang diundi nanti. Wah, Mama mencak-mencak, coba bawa anggota lebih banyak. (ngarep.com)
Yah, saatnya ngumpul, di depan lapangan Cindua Mato. Rame... Bahkan banyak si kecil imut-imut.
Bahkan ada yang mirip Baim, tapi g bisa kelihatan sih disini wajah si dedek.
Dan dipanggillah pemenangnya satu per ciek.
Dah, janji Na lagi. Di tengah acara, Na lihat dua orang bidadari manis. Satu baru saja menang judo dan jadi juara kelas. Yang satu subhanallah cantiknya dari Uni (^-^) Nah, ini mereka...
Pertanyaannya, bisakah Uni menebak siapa mereka???
Tambahan, jelang pulang ke Padang, sejenak menyempatkan diri ke Lapangan lagi. Pas Jum'atan. Keren, bersih lagi.
Well, done.
To be continued jika diminta...
Langganan:
Postingan (Atom)