Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/12/08/31/m9lz2z-garagara-iddah-pemimpin-yahudi-masuk-islam
Robert Guilhem, pakar genetika dan pemimpin yahudi di Albert Einstein
College menyatakan dengan tegas soal keislamannya. Dia masuk Islam
setelah kagum dengan ayat-ayat Al-Quran tentang masa iddah wanita
muslimah selama tiga bulan. Massa iddah merupakan massa tunggu perempuan
selama tiga bulan, selama proses dicerai suaminya.
Seperti dikutip dari societyberty.com,
hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan, massa iddah wanita
sesuai dengan ayat-ayat yang tercantum di Alquran. Hasil studi itu
menyimpulkan hubungan intim suami istri menyebabkan laki-laki
meninggalkan sidik khususnya pada perempuan.
Dia mengatakan jika
pasangan suami istri (pasutri) tidak bersetubuh, maka tanda itu secara
perlahan-lahan akan hilang antara 25-30 persen. Gelhem menambahkan,
tanda tersebut akan hilang secara keseluruhan setelah tiga bulan
berlalu. Karena itu, perempuan yang dicerai akan siap menerima sidik
khusus laki-laki lainnya setelah tiga bulan.
Bukti empiris ini
mendorong pakar genetika Yahudi ini melakukan penelitian dan pembuktian
lain di sebuah perkampungan Muslim Afrika di Amerika. Dalam studinya, ia
menemukan setiap wanita di sana hanya mengandung sidik khusus dari
pasangan mereka saja.
Penelitian serupa dilakukannya di
perkampungan nonmuslim Amerika. Hasil penelitian membuktikan wanita di
sana yang hamil memiliki jejak sidik dua hingga tiga laki-laki. Ini
berarti, wanita-wanita non-muslim di sana melakukan hubungan intim
selain pernikahannya yang sah.
Sang pakar juga melakukan
penelitian kepada istrinya sendiri. Hasilnya menunjukkan istrinya
ternyata memiliki tiga rekam sidik laki-laki alias istrinya
berselingkuh. Dari penelitiannya, hanya satu dari tiga anaknya saja
berasal dari dirinya.
Setelah penelitian-penelitian tersebut,
dia akhirnya memutuskan untuk masuk Islam. Ia meyakini hanya Islam lah
yang menjaga martabat perempuan dan menjaga keutuhan kehidupan sosial.
Ia yakin bahwa perempuan muslimah adalah yang paling bersih di muka bumi
ini.
Nah, barusan saya jug coba akses fimadani.com dan menemukan info ini:
Robert Guilhem (Pemimpin Yahudi) Masuk Islam, Ternyata Hoax
Belakangan ini muncul beragam informasi dan pemberitaan tentang
ber-islam-nya sosok bernama Robert Guilhem yang dalam informasi itu
disebutkan bahwa ia adalah seorang peneliti dan ahli genetika di Albert
Einstein College, New York.
Jika ditelusuri, informasi ini masuk ke Indonesia melalui sebuah situs bernama Spirit Islam yang mengambil informasi dari situs-situs berbahasa Arab, kemudian disebarkan lagi oleh Republika, dan berlanjut jadi pembicaraan di situs jejaring.
Sebenarnya siapa Robert Guilhem?
Untuk informasi dan temuan hebat semacam ini, harusnya nama Robert
Guilhem sudah masuk dalam pemberitaan media dan website jurnal
internasional. Namun ketika Fimadani coba menelusuri melalui Google,
tidak satupun situs berbahasa asing muncul di halaman hasil pencarian
Google (Google Result), yang muncul hanyalah puluhan daftar situs berbahasa indonesia yang isinya sama, pemberitaan yang sama.
Fimadani juga coba menulusuri ke situs jurnal seperti bioline.org.br, doaj.org, dan ncbi.nlm.nih.gov yang semuanya bersifat Open Access
dan selalu mengupdate kontennya. Namun tidak satupun menampilkan nama
Robert Guilhem. Kemudian dicoba mencari direktori jurnal online milik
Google, ada 1 nama muncul, Robert Guilhem, namun tokoh ini lebih banyak
berbicara tentang teknologi Radio dan Gelombang Radio (radiowave). Langkah terakhir, Fimadani coba cek langsung ke direktori Albert Einstein College, dan hasilnya tetap nihil.
Kesimpulannya, Robert Guilhem si ahli genetika itu merupakan tokoh fiktif yang dibuat oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Hebatnya lagi, dalam informasi yang menyebar itu menggunakan foto
seseorang. Lalu foto siapakah sebenarnya yang digunakan sebagai
ilustrasi gambaran Robert Guilhem itu? Sudah coba ditelusuri, namun
masih sulit diverifikasi foto siapa yang digunakan dalam ilustrasi
gambar tersebut.
Massa Iddah dari segi Ilmiah dan Kesehatan
Dalam informasi itu disebutkan bahwa perempuan yang melakukan
hubungan seks akan meninggalkan bekas (sidik) yang berangsur hilang
selama 3 bulan, yang menurut sumber itu juga disebutkan bahwa hal itu
memiliki kolerasi dengan massa Iddah dalam pandangan Islam.
Dalam ilmu reproduksi, belum ditemukan penelitian apapun tentang
sidik (bekas) yang muncul akibat hubungan seks, selain sobeknya selaput
dara (haymen). Dari segi forensik, ilmu ini digunakan untuk mengetahui
pola sobekan apakah disebabkan hubungan yang timbul akibat suka sama
suka, perkosa, ataupun ketidaksengajaan (kecelakaan, olahraga, dll).
Belum ada ilmu atau teori yang bisa memberitahu secara pasti dengan
siapa saja seorang wanita melakukan hubungan seks, selain melihat bekas
sperma yang tertinggal. Artinya, si pembuat informasi ini terlalu
mengada-ada menggunakan pemaparan yang kurang bertanggung jawab.
Masa Iddah dalam pandangan Islam
Massa Iddah merupakan sebuah ketentuan syariat dalam Islam yang ada
pada diri seorang muslimah yang berpisah dari pasangannya (suami). Bisa
karena cerai hidup, atau suaminya meninggal.
Secara sederhana, massa Iddah bisa berarti masa tunggu, massa
berkabung, massa di mana seorang muslimah belum diperbolehkan menikah
lagi dengan laki-laki lain. Durasi lama waktunya juga bergantung pada
kondisi yang terjadi. Apakah si wanita sedang hamil saat ditinggal
suaminya (cerai hidup atau meninggal), sudah pernah berhubungan intim
atau belum, suami memberi talak, dan lainnya.
Kesimpulan
Informasi tersebut menjelaskan tentang agungnya seorang muslimah dan
perlakuan mulia Islam terhadap muslimah, namun menggunakan sample tokoh
fiktif. Terlebih tokoh foktif yang diciptakan adalah seorang ahli
genetik dan pemimpin Yahudi. Informasi yang terdengar begitu wah dan menghebohkan.
Sebagai muslim, tentu kita yakin bahwa kedudukan muslimah sangat
dimuliakan dalam Islam, juga adanya berjuta hikmah tentang massa Iddah,
namun menyampaikan informasi meski dengan niat memberikan edukasi tetap
saja tidak benar jika menggunakan cara-cara yang keliru. Sebagai
masyarakat yang cerdas, kita juga dituntut untuk membuat filter
informasi, tidak sembarang menerima informasi, juga tidak sembarang
menolak informasi.
Sekedar informasi bahwa situs pertama yaitu Spirit Islam, yang menerjemahkan informasi ini dari situs-situs Arab memberikan update di bagian bawah artikelnya seperti berikut:
Tulisan ini bersumber dari web-web berbahasa Arab. Di sumber
asalnya juga menjadi polemik dan kontroversial. Setelah dilakukan cek
memang belum dipastikan kebenaran dari berita ini. Karena itu, mohon
tulisan ini dijadikan sekedar wawasan semata. Admin akan berusaha
memastikan terus kebenaran berita ini. Bila terbukti hoax, maka kami
menghapusnya. Bila ada sumber yang lebih valid, mohon dikirim ke
komentar. Terimakasih atas kritikan pembaca semuanya.
Ihdinash-shiraath-almustaqiim. Wallahua’lam.
Redaktur: Farid Zakaria