Ini adalah sebuah kisah indah yang kutapaki siang itu. Mendengarkan sebuah tausiyah indah dari seorang saudari kecil nan kata-katanya begitu menggugah. Ini tentang setengah hati yang akan kita bicarakan. Alkisah ada seorang buruh bangunan yang sangat piawai dalam membangun arsitektur yang beraneka ragam bentuknya, dia sangat diandalkan oleh majikannya. Ketika sudah mendekati masa pensiun, sang majikan memintanya untuk melaksanakan misi terakhir, yakni membangun sebuah rumah. Karena merasa bahwa ia sudah berada di penghujung masa bakti, ia melaksanakannya cuma setengah hati. Hasilnya memang terbilang diberi nilai tidak jelek, tapi itu benar-benar berbeda dengan apa yang ia lakukan selama ini.
Ternyata, setelah ia memberitahukan pada sang majikan bahwa tugasnya telah selesai, majikan tadi berkata bahwa rumah itu adalah untuknya. Kecewa? Pasti. Karena ia telah membangun sesuatu yang sia-sia untuk dirinya sendiri.
Mengambil pelajaran dari kisah ini, kita memang harus berpikir untuk tidak setengah hati dalam melangkah. Tahukah kamu ruginya setengah hati itu?
Let me tell you.
Satu, membahayakan imanmu. Bayangkan saja jika sholat setengah hati, sudah capek , Allahpun tak ridho. Oalah...
Dua, kita gagal bukan karena tak mampu, tapi hanya karena kita melakukannya setengah hati.
Trus, doa ataupun amalan lainnya tak akan mustajab jika kau berdo'a tak hati-hati dan sepenuh hati.
Malah, dengan totalitas dan sepenuh hati, seserang hidup lebih panjang dari usianya. Maksudnya? Rasulullah dan para sahabatnya itu dikenang dan hidup sepanjang masa di dalam pemikiran umat Muslim dan orang-orang beriman karena apa yang mereka lakukan itu adalah dengan sepenuh hati. Mereka berdakwah dan bersungguh-sungguh menegakkan agama Allah ini.
Terakhir, Allah pasti akan menolong hamba-Nya yang berjuang dengan sepenuh hati...
So, which one do you prefer?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar