Ini adalah sebuah kisah indah yang kutapaki siang itu. Mendengarkan sebuah tausiyah indah dari seorang saudari kecil nan kata-katanya begitu menggugah. Ini tentang setengah hati yang akan kita bicarakan. Alkisah ada seorang buruh bangunan yang sangat piawai dalam membangun arsitektur yang beraneka ragam bentuknya, dia sangat diandalkan oleh majikannya. Ketika sudah mendekati masa pensiun, sang majikan memintanya untuk melaksanakan misi terakhir, yakni membangun sebuah rumah. Karena merasa bahwa ia sudah berada di penghujung masa bakti, ia melaksanakannya cuma setengah hati. Hasilnya memang terbilang diberi nilai tidak jelek, tapi itu benar-benar berbeda dengan apa yang ia lakukan selama ini.
Ternyata, setelah ia memberitahukan pada sang majikan bahwa tugasnya telah selesai, majikan tadi berkata bahwa rumah itu adalah untuknya. Kecewa? Pasti. Karena ia telah membangun sesuatu yang sia-sia untuk dirinya sendiri.
Mengambil pelajaran dari kisah ini, kita memang harus berpikir untuk tidak setengah hati dalam melangkah. Tahukah kamu ruginya setengah hati itu?
Let me tell you.
Satu, membahayakan imanmu. Bayangkan saja jika sholat setengah hati, sudah capek , Allahpun tak ridho. Oalah...
Dua, kita gagal bukan karena tak mampu, tapi hanya karena kita melakukannya setengah hati.
Trus, doa ataupun amalan lainnya tak akan mustajab jika kau berdo'a tak hati-hati dan sepenuh hati.
Malah, dengan totalitas dan sepenuh hati, seserang hidup lebih panjang dari usianya. Maksudnya? Rasulullah dan para sahabatnya itu dikenang dan hidup sepanjang masa di dalam pemikiran umat Muslim dan orang-orang beriman karena apa yang mereka lakukan itu adalah dengan sepenuh hati. Mereka berdakwah dan bersungguh-sungguh menegakkan agama Allah ini.
Terakhir, Allah pasti akan menolong hamba-Nya yang berjuang dengan sepenuh hati...
So, which one do you prefer?
Selasa, 26 Juli 2011
Sabtu, 23 Juli 2011
Untaian Do'a Kami
Ya ALLAH, berikan taqwa kepada jiwa-jiwa kami dan sucikan dia.
Engkaulah sebaik-baik yang, mensucikannya.
Engkau pencipta dan pelindungnya
Ya ALLAH, perbaiki hubungan antar kami
Rukunkan antar hati kami
Tunjuki kami jalan keselamatan
Selamatkan kami dari kegelapan kepada terang
Jadikan kumpulan kami jama’ah orang muda yang menghormati orang tua
Dan jama’ah orang tua yang menyayangi orang muda
Jangan Engkau tanamkan di hati kami kesombongan dan kekasaran terhadap sesama hamba beriman
Bersihkan hati kami dari benih-benih perpecahan, pengkhianatan dan kedengkian
Ya ALLAH, wahai yang memudahkan segala yang sukar
Wahai yang menyambung segala yang patah
Wahai yang menemani semua yang tersendiri
Wahai pengaman segala yang takut
Wahai penguat segala yang lemah
Mudah bagimu memudahkan segala yang susah
Wahai yang tiada memerlukan penjelasan dan penafsiran
Hajat kami kepada-Mu amatlah banyak
Engkau Maha Tahu dan melihatnya
Ya ALLAH, kami takut kepada-Mu
Selamatkan kami dari semua yang tak takut kepada-Mu
Jaga kami dengan Mata-Mu yang tiada tidur
Lindungi kami dengan perlindungan- Mu yang tak tertembus
Kasihi kami dengan kudrat kuasa-Mu atas kami
Jangan binasakan kami, karena Engkaulah harapan kami
Musuh-musuh kami dan semua yang ingin mencelakai kami
Tak akan sampai kepada kami, langsung atau dengan perantara
Tiada kemampuan pada mereka untuk menyampaikan bencana kepada kami
“ALLAH sebaik baik pemelihara dan Ia paling kasih dari segala kasih”
Ya ALLAH, kami hamba-hamba- Mu, anak-anak hamba-Mu
Ubun-ubun kami dalam genggaman Tangan-Mu
Berlaku pasti atas kami hukum-Mu
Adil pasti atas kami keputusan-Mu
Ya ALLAH, kami memohon kepada-Mu
Dengan semua nama yang jadi milik-Mu
Yang dengan nama itu Engkau namai diri-Mu
Atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu
Atau Engkau ajarkan kepada seorang hamba-Mu
Atau Engkau simpan dalam rahasia Maha Tahu-Mu akan segala ghaib
Kami memohon-Mu agar Engkau menjadikan Al Qur’an yang agung
Sebagai musim bunga hati kami
Cahaya hati kami
Pelipur sedih dan duka kami
Pencerah mata kami
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Nuh dari taufan yang menenggelamkan dunia
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Ibrahim dari api kobaran yang marak menyala
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Musa dari kejahatan Fir’aun dan laut yang mengancam nyawa
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Isa dari Salib dan pembunuhan oleh kafir durjana
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Muhammad alaihimusshalatu wassalam dari kafir Quraisy durjana, Yahudi pendusta, munafik khianat, pasukan sekutu Ahzab angkara murka
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Yunus dari gelap lautan, malam, dan perut ikan
Ya ALLAH, yang mendengar rintihan hamba lemah teraniaya
Yang menyambut si pendosa apabila kembali dengan taubatnya
Yang mengijabah hamba dalam bahaya dan melenyapkan prahara
Ya ALLAH, begitu pekat gelap keangkuhan, kerakusan dan dosa
Begitu dahsyat badai kedzaliman dan kebencian menenggelamkan dunia
Pengap kehidupan ini oleh kesombongan si durhaka yang membuat-Mu murka
Sementara kami lemah dan hina, berdosa dan tak berdaya
Ya ALLAH, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan
yang ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami
Ya ALLAH, ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kami
Dan rahmah kasih sayang-Mu lebih kami harapkan daripada amal usaha kami sendiri
Ya ALLAH, jadikan kami kebanggaan hamba dan nabi-Mu
Muhammad SAW di padang mahsyar nanti
Saat para rakyat kecewa dengan para pemimpin penipu yang memimpin dengan kejahilan dan hawa nafsu
Saat para pemimpin cuci tangan dan berlari dari tanggung jawab
Berikan kami pemimpin berhati lembut bagai Nabi yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami, ummati ummati, ummatku ummatku
Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan semua kekayaan demi perjuangan
Yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera
Yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan kekayaan
Ya ALLAH, dengan kasih sayang-Mu Engkau kirimkan kepada kami da’i penyeru iman
Kepada nenek moyang kami penyembah berhala
Dari jauh mereka datang karena cinta mereka kepada da’wah
Berikan kami kesempatan dan kekuatan, keikhlasan dan kesabaran
Untuk menyambung risalah suci dan mulia ini
Kepada generasi berikut kami
Jangan jadikan kami pengkhianat yang memutuskan mata rantai kesinambungan ini
Dengan sikap malas dan enggan berda’wah
Karena takut rugi dunia dan dibenci bangsa
(Dilantunkan oleh K.H. Rahmat Abdullah lapangan Masjid Agung Al-Azhar Jakarta, 09 Agustus 1998, diiringi oleh tetesan air mata hadirin)
Lembaran Hikmah dari Sepenggal Episode Siang di Bangku Kuliah
Lama menanti Bu Dosen tercinta untuk mata kuliah Filsafat Pendidikan. Hmm... akhirnya kami menerima copian sebuah lembaran artikel dari majalah Alia edisi Maret 2010 di bagian Quranic Parenting. I'd like to share it with you. Artikel itu berjudul WORTEL, TELUR ATAU BIJI KOPI yang ditulis oleh Adzkia Muthmainnah. Begini ceritanya:
Seorang gadis muda mengeluh kepada ayahnya tentang hidupnya yang dirasanya sulit. Dia merasa seolah masalah demi masalah mengepungnya. Ayahnya yang seorang koki lalu membawa anak gadis itu ke dapur. Dia mengisi tiga panci dengan air dan menjerang semuanya di atas api. Di panci pertama ia masukkan wortel, di panci kedua ia masukkan telur, dan di panci terakhir ia masukkan biji kopi. Semuanya dilakukannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Si gadis mulai hilang kesabaran ketika dua puluh menit kemudian dilihatnya sang Ayah mulai mengangkat wortel dan telur dari panci-panci itu dan meletakkannya di mangkuk. Dari panci berisi biji kopi, ia mengambil seciduk air.
"Apa yang kau lihat Nak?" tanya sang Ayah.
"Wortel, telur dan kopi," jawab sang gadis.
Sang ayah memintanya menggigit wortel tadi. Sang gadis menurut dan mengatakan bahwa wortel tadi terasa lembut. Kemudian sang Ayah memintanya mengupas telur dan juga memakannya. Kembali sang gadis menurut. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi hangat.
"Apa sih maksud Ayah?"
"Ketiga benda tadi baru saja melewati 'ujian' yang sama, yaitu air yang mendidih. Perhatikan 'reaksi' masing-masing. Pada awalnya wortel terasa kuat, keras dan sulit dibentuk, tapi begitu terkena air mendidih, dia melunak dan rapuh. Telur sebelumnya mudah rapuh dan pecah, karena kulit luarnya yang tipis melindungi isinya yang berupa cairan. Tapi setelah melalui air yang mendidih, ia menjadi keras.
Biji kopi 'lain dari yang lain'. Begitu ia dimasukkan ke dalam air yang mendidih, dia mengubah air dan menjadikan dirinya minuman yang bisa dinikmati orang lain.
Coba kasih tahu Ayah, termasuk yang manakah dirimu, Nak? Wortel, telur atau biji kopi?"
Hmmm.... what do you think? Sebagai catatan, banyak pendapat menarik dalam diskusi kami sore itu. Ibuk, terimakasih atas ilmunya....
Seorang gadis muda mengeluh kepada ayahnya tentang hidupnya yang dirasanya sulit. Dia merasa seolah masalah demi masalah mengepungnya. Ayahnya yang seorang koki lalu membawa anak gadis itu ke dapur. Dia mengisi tiga panci dengan air dan menjerang semuanya di atas api. Di panci pertama ia masukkan wortel, di panci kedua ia masukkan telur, dan di panci terakhir ia masukkan biji kopi. Semuanya dilakukannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Si gadis mulai hilang kesabaran ketika dua puluh menit kemudian dilihatnya sang Ayah mulai mengangkat wortel dan telur dari panci-panci itu dan meletakkannya di mangkuk. Dari panci berisi biji kopi, ia mengambil seciduk air.
"Apa yang kau lihat Nak?" tanya sang Ayah.
"Wortel, telur dan kopi," jawab sang gadis.
Sang ayah memintanya menggigit wortel tadi. Sang gadis menurut dan mengatakan bahwa wortel tadi terasa lembut. Kemudian sang Ayah memintanya mengupas telur dan juga memakannya. Kembali sang gadis menurut. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi hangat.
"Apa sih maksud Ayah?"
"Ketiga benda tadi baru saja melewati 'ujian' yang sama, yaitu air yang mendidih. Perhatikan 'reaksi' masing-masing. Pada awalnya wortel terasa kuat, keras dan sulit dibentuk, tapi begitu terkena air mendidih, dia melunak dan rapuh. Telur sebelumnya mudah rapuh dan pecah, karena kulit luarnya yang tipis melindungi isinya yang berupa cairan. Tapi setelah melalui air yang mendidih, ia menjadi keras.
Biji kopi 'lain dari yang lain'. Begitu ia dimasukkan ke dalam air yang mendidih, dia mengubah air dan menjadikan dirinya minuman yang bisa dinikmati orang lain.
Coba kasih tahu Ayah, termasuk yang manakah dirimu, Nak? Wortel, telur atau biji kopi?"
Hmmm.... what do you think? Sebagai catatan, banyak pendapat menarik dalam diskusi kami sore itu. Ibuk, terimakasih atas ilmunya....
Senin, 18 Juli 2011
Yang Fitri, Yang Dinanti
Lagi ngumpul-ngumpul bareng akhawat, eh nemu majalah lama yang bagus banget isinya. Satu puisi kerenpun akhirnya tersalin lengkap dalam my journal. Yah, tentang fitri (kesucian) di bulan Syawal. Pengobat kerinduan.
Bayang Fitri
Ahmad Ridwan
Kubayangkan
Gadis kecil cantik berseri
Santri teladan pondok Pak Haji
Ceria di hari nan fitri
Ke tanah lapang riang berlari
Sepatu putih jilbab rapi
Bergerak indah
Digerai angin pagi
Fitri…
Sekejap waktu berganti
Usai sholat mencari-cari
Si miskin yang terlilit perih
Du’afa yang tertatih-tatih
Uang di tangan habislah terbagi
Tak lupa
Satu tangan tersembunyi
Senantiasa bila memberi
Fitri
Di hari nan fitri
Betapa pelajaran kau beri
Keras menghujam angkuh nurani
Menggugah yang lupa diri
Bagaimana hidup dijalani
Mengapa harus berinteraksi
Sejalan tuntunan Nabi
Sedikit yang kau bagi
Ketulusan memaknai
Naluri beramal sejak dini
Hasrat ibadah tak tertawar lagi
Kelak… jadilah contoh sekeliling ini
Pada yang masih sholat setahun sekali
Pada yang masih benci orang mengaji
Pada yang masih beramal tak mau sembunyi
Menunggu wartawan televisi
Demi terlihat seantero negeri
Kubayangkan…
Gadis kecil putri Bu Haji
Memandang haru euphoria Idul Fitri
Sayang… belum jua kutemui
Semua masih ilusi
Bayang Fitri
Ahmad Ridwan
Kubayangkan
Gadis kecil cantik berseri
Santri teladan pondok Pak Haji
Ceria di hari nan fitri
Ke tanah lapang riang berlari
Sepatu putih jilbab rapi
Bergerak indah
Digerai angin pagi
Fitri…
Sekejap waktu berganti
Usai sholat mencari-cari
Si miskin yang terlilit perih
Du’afa yang tertatih-tatih
Uang di tangan habislah terbagi
Tak lupa
Satu tangan tersembunyi
Senantiasa bila memberi
Fitri
Di hari nan fitri
Betapa pelajaran kau beri
Keras menghujam angkuh nurani
Menggugah yang lupa diri
Bagaimana hidup dijalani
Mengapa harus berinteraksi
Sejalan tuntunan Nabi
Sedikit yang kau bagi
Ketulusan memaknai
Naluri beramal sejak dini
Hasrat ibadah tak tertawar lagi
Kelak… jadilah contoh sekeliling ini
Pada yang masih sholat setahun sekali
Pada yang masih benci orang mengaji
Pada yang masih beramal tak mau sembunyi
Menunggu wartawan televisi
Demi terlihat seantero negeri
Kubayangkan…
Gadis kecil putri Bu Haji
Memandang haru euphoria Idul Fitri
Sayang… belum jua kutemui
Semua masih ilusi
Langganan:
Postingan (Atom)